Mungkin ini pertama aku nulis di blog ini lagi. Entah apa yang aku tulispun aku masih bingung, tapi coba sajalah.
Mengenai blog dari HP enak juga, simpel dan mempermudah. Tapi namanya HP yang mepraktiskan sesuatu pasti banyak kekuranganya. Mulai dari mengatur foto, mengetik, menata dst.. tpi setidaknya praktis sewaktu ngeblog...
BOCAH njelaru
Minggu, 25 Februari 2018
bloger HP
Sabtu, 01 November 2014
Sabtu, 09 November 2013
foto FOTO
pasang kondang capy
RONGGO MANIA TUBAN
NAHWA SAFITRI SHOLAIKHAH

TRIDARMA GRESIK STADIUM
BERSAMA PAK POLISI KEAMANA AND K-CONK MANIA CILIK
PASANG GARDU LAUT RONGGOLAWE
Kamis, 24 Oktober 2013
copy PASTE MAKALAH MOTIVASI BELAJAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam satu
situasi, bahkan dalam satu ruang hampa. Situasi belajar ini ditandai
dengan motif-motif yang ditetapkan dan diterima oleh siswa. Terkadang
satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal disebabkan
karena ketiadaan kekuatan yang mendorong ( motivasi ).
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks, karena
dalam proses tersebut siswa tidak hanya sekedar menerima dan menyerap
informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa dapat melibatkan diri
dalam kegiatan pembelajaran dan tindakan paedadogis yang harus
dilakukan, agar hasil belajarnya lebih baik dan sempurna. Dari proses
pembelajaran tersebut siswa dapat menghasilkan suatu perubahan yang
bertahap dalam dirinya, baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Adanya perubahan tersebut terlihat dalam prestasi belajar yang
dihasilkan oleh siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan oleh guru.
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap
prestasi belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat
belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan
mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Sehingga boleh jadi siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi
menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan
optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, bila siswa
mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata
kesalahan siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam
membangkitkan motivasi siswa.
Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan
dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan
semangat belajar mempunyai hubungan yang erat. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar bahwa : "Dalam kegiatan belajar, maka motivasi menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai."
Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa
menjadi tekun dalam proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu
pula hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam
proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas akan tekun dan
berhasil dalam belajarnya. Tingginya motivasi dalam belajar berhubungan
dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini kaitan antara
motivasi dengan perolehan dan atau prestasi tidak hanya dalam belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa jenis-jenis motivasi
2. Apa teori motivasi dalam pendidikan?
3. Apa fungsi motivasi dalam belajar?
4. Bagaimana upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan:
1. Jenis-jenis motivasi.
2. Teori motivasi dalam pendidikan.
3. Fungsi motivasi dalam belajar.
4. Upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna
sebagai pengembangan konsep pemotivasian pendidikan. Secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep pemotivasian pendidikan.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep pemotivasian pendidikan baik secara teoretis maupun secara praktis.
E. Prosedur makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan dalam adalah metode deskriptif. Melalui metode ini
penulis akan menguraikan permasalahn yang dibahas secara jelas dan
koprehensif. Data teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan
menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui
kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.
Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan
mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks
tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoretis
Banyak pakar yang merumuskan definisi motivasi sesuai dengan kajian
yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut
pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, raga m
definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini
dideskripsikan beberapa kutipan pengertian motivasi.
Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan
motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri
sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.
Menurut
Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang
diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya
maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini
berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif
tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap
kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara motif dan motivasi.
Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi di atas, motivasi dapat dirumuskan sebagai
sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang
untuk beraktivitas.
Sedangkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif secara aktif mengembangkan potrnsi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mula, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
B. Pembahasan
1. Jenis-Jenis Motivasi
Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk
menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme
kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya
menurut Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto,
motif itu ada tiga golongan yaitu :
a.
Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus,
kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.
b.
Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency
motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi
karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari
bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan.
c.
Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek
atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan
dari dalam diri kita.
Arden
N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M, mengemukakan jenis
motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu : motif bawaan (motive
psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs),
misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan
sebagainya.
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :
a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.
b.
Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan
manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat
baik (etika) dan sebagainya.
Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam
buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan
sebagainya.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
1) Adanya kebutuhan
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
3) Adanya cita-cita atau aspirasi.
Ada 2 jenis motivasi intrinsik:
1) Determinasi diri
Dalam
pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu
karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.
Di sini, motivasi internal dan minat intrinsik dalam tugas sekolah naik
apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab
personal atas pembelajaran mereka.
2) Pilihan personal
Pengalaman
optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman
optimal ini kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal
ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap
tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar
individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin
belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya,
pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan
orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi
ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan
tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena
kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga
mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang
kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam
melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah. Bahwa
setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi
ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat
mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan
memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.
2. Teori Motivasi dalam Pendidikan
Motivasi adalah kekuatan yang digunakan dalam sistem pendidikan untuk
mendorong siswa belajar dan memahami. Dalam pengaturan pendidikan,
motivasi baik kekuatan internal maupun kekuatan eksternal. Ada teori
yang berbeda dari motivasi dalam pengaturan pendidikan, termasuk yang
menyatakan bahwa perilaku siswa didikte karena baik faktor eksternal
maupun internal. Diskusi ini menyangkut pengaruh motivasi intrinsik dan
ekstrinsik dan efeknya pada belajar siswa dan sukses dalam suatu
lingkungan pendidikan.
a. Teori spekulasi
Motivasi
sangat dipengaruhi oleh fokus kontrol. Gagasan bahwa seseorang merasa
keputusan mereka sendiri dan tindakan menentukan nasib mereka
menunjukkan sebuah fokus internal. Jika individu beroperasi menggunakan
eksternal, mereka percaya kekuatan luar bertanggung jawab atas peristiwa
yang terjadi dalam hidup mereka dan merasa mereka memiliki sedikit
kontrol situasi. Mereka dengan fokus internal akan sering menggunakan
motivasi intrinsik, yang berpusat orang dan berasal dari dalam individu,
sedangkan mereka yang memiliki fokus eksternal mungkin perlu imbalan
ekstrinsik atau konsekuensi sebagai alat motivasi yang efektif.
b. Motivasi intrinsik
Menurut
teori humanistik ditetapkan oleh Carl Rogers, motivasi mungkin datang
dari dalam individu tanpa memikirkan pahala eksternal. Siswa menerima
hadiah internal mereka sendiri melalui peningkatan harga diri dan rasa
prestasi ketika mereka mencapai tujuan yang diinginkan. Mereka hanya
mungkin merasa keinginan untuk berhasil berdasarkan faktor-faktor
seperti minat mereka sendiri dalam suatu kegiatan atau perasaan kepuasan
yang dicapai ketika mereka menyelesaikan langkah yang diperlukan untuk
mencapai prestasi yang diinginkan. drive ini disebut motivasi internal
atau intrinsik, yang berarti tidak ada kekuatan luar yang menentukan
apakah seorang individu pada akhirnya akan mencapai tujuannya. Dia tidak
berusaha untuk mencapai untuk menerima hadiah karya eksternal terhadap
nilai intrinsik terkait dengan keberhasilan proyek. Siswa akan
termotivasi untuk melakukan perilaku yang diinginkan, dan tidak hukuman
atau imbalan yang diperlukan untuk memotivasi individu untuk berhasil.
c. Motivasi ekstrensik
Siswa
yang memerlukan penguatan untuk sukses beroperasi di bawah teori-teori
behavioris yang ditetapkan oleh BF Skinner, yang menunjukkan sistem
hukuman dan ganjaran sebagai alat motivasi. Motivasi eksternal yang
diperlukan untuk mendorong perilaku positif individu ditawarkan dalam
bentuk sistem yang memperkuat perilaku yang diinginkan atau meniadakan
tindakan yang tidak diinginkan. Siswa mungkin menerima hadiah fisik
dalam hal tepukan di bagian belakang atau stiker di kertas selesai.
Mereka juga mungkin menerima konsekuensi negatif seperti penahanan atau
menelepon ke rumah kepada orang tua. Melalui administrasi konsekuensi
negatif untuk perilaku yang tidak diinginkan dan dukungan positif untuk
tindakan yang diinginkan, siswa yang menanggapi motivasi ekstrinsik
lebih mungkin untuk berhasil dalam upaya mereka.
d. Konsukuensi motivasi intrinsik
Pendekatan
kognitif terhadap motivasi adalah bentuk intrinsik yang membutuhkan
siswa untuk berpikir melalui konsekuensi dari tindakan mereka dan dasar
keputusan mereka pada hasil yang diharapkan dari keputusan tersebut.
Jika siswa mampu berpikir melalui situasi di tangan dan menentukan nilai
keberhasilan, terlepas dari apakah atau tidak mereka mendapatkan
hadiah, mereka beroperasi di bawah fokus kontrol internal. Siswa yang
berhasil dalam kelas biasanya beroperasi di bawah fokus kontrol
internal. Mereka tidak membebani terlalu banyak pada kesalahan atau
nilai yang buruk dan masih mampu mempertahankan tingkat penghargaan
terlepas dari kegagalan atau keberhasilan. Mereka menggunakan alat-alat
kognitif yang memungkinkan mereka untuk menjaga perspektif tentang
kegagalan yang dirasakan. Mereka memahami bahwa jika mereka gagal, itu
mungkin karena mereka tidak belajar sebagaimana mestinya. Mereka tidak
menyalahkan faktor eksternal seperti guru atau teman sekelas. Mereka
bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.
e. Konsekuensi motivasi ekstrensik
Siswa
yang termotivasi eksternal lebih cenderung melihat guru, kelas, buku
atau kekuatan eksternal lainnya sebagai alasan atas kegagalan mereka.
Siswa ini memiliki fokus kontrol eksternal dan akan cenderung melihat
kegagalan mereka sebagai semua yang mencakup bukan kesalahan satu kali.
harga diri mereka mungkin sangat menderita karena kurangnya fokus
kognitif dan kesadaran internal. Mereka cenderung percaya bahwa
kegagalan mereka berhubungan dengan kurangnya kemampuan mereka, dan
mereka lebih cenderung menyerah jika mereka tidak mencapai sukses terus
menerus.
f. Menggunakan Motivasi di Kelas
Motivasi
dapat berguna di dalam kelas untuk mengajar semua siswa untuk belajar.
Hal ini penting untuk model motivasi dan memastikan bahwa semua siswa
memiliki kesempatan untuk menjadi sukses. Ini berarti bahwa tujuan dapat
dipenuhi, dan mahasiswa memiliki banyak peluang untuk hasil yang sukses
dalam upaya mereka. Dalam rangka meningkatkan motivasi dalam lingkungan
belajar, kegiatan pendidikan harus menarik dan bebas stres,
memungkinkan untuk kreativitas dan pengembangan diri. Jika siswa kurang
memiliki motivasi internal untuk sukses, sebuah penghargaan perilaku
sistem mungkin berguna dalam membantu beberapa siswa ekstrinsik
termotivasi untuk mencapai fokus kontrol internal dengan membiarkan
mereka keberhasilan, sehingga meningkatkan harga diri mereka. Siswa
harus diberikan kesempatan untuk menampilkan karya-karya mereka dan
menikmati segala macam strategi belajar yang akan memungkinkan mereka
untuk berhasil. Karena semua siswa berbeda, teknik motivasi harus
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan siswa untuk memastikan pengalaman
belajar yang optimal untuk semua anak.
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar
mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil
belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil
pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha
belajar bagi siswa.
Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c.
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus,
tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan
tujuan.
Selain itu ada juga
fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan dengan
prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun
dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu
akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
4. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi merupakan
faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi
seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa
diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan
sebagian lain belum termotivasi untuk belajar. Seorang guru melihat
perilaku siswa seprti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa.
Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat
menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara
membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah :
a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan.
b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah.
c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.
d.
Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas
yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas
untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin.
e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
f.
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa
yang berprestasi.
g. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
h.
Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa. Guru
berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya.
i. Memberikan
pujian, sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
j.
Memberikan hukuman, hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya.
k.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
l. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
m. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
n. Menggunakan metode yang bervariasi.
o. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara
motivasi tersebut diantaranya :
a.
Memberi angka, angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat.
b. Hadiah, hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi.
c.
Saingan atau kompetisi, saingan atau kompensis dapat juga dikatakan
sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik
persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan motivasi
belajar sisiwa.
d. Memberi ulangan
e. Mengetahui hasil
f.
Pujian, apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baikperlu dierikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
Reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
g. Hukuman, hukuman sebagai reinforment yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi.
h. Hasrat untuk belajar
i. Minat
j. Tujuan yang diakui.
Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar
berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan
untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi kehidupan siswa.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan.
Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Dalam pengaturan pendidikan, motivasi baik kekuatan internal maupun
kekuatan eksternal. Ada teori yang berbeda dari motivasi dalam
pengaturan pendidikan, termasuk yang menyatakan bahwa perilaku siswa
didikte karena baik faktor eksternal maupun internal.
Motivasi
sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar
mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil
belajarnya. Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi.
Belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi
yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas usaha bagi para siswa.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1.
Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siswa harus mempunyai
motivasi untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa
itu sendiri maupun yang dari luar seperti lingkungan.
2. Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.
Minggu, 13 Oktober 2013
NAHWA SAFITRI SHOLAIKHAH
Aku takut................!!!!
Aku takut kalau aku gagal..........!
Tapi aku takut kalau aku gak mencoba.....!
Tapi aku takut..........!!
Entah apa yang aku takutkan....!!
Hari ini hati ku gundah gulana...!!
Pikiran ku gak karuan....!!
tapi dalam hati kecil ku berbisik......!!
"Jangan ragu, jangan takut, yakinlah"
Begitu kata-katanya,,
NSS...??
Nahwa Safitri Sholaihah...
Gadis kecil yang dinanti di tangan kebingungan....!!
Semoga NSS bisa lahir di tengah kehidupan bagi kami.....!!
Aku inggin sukses disetiap usaha....!!
Agar NSS hidup sejahtera.....!!
15/05/2011
Aku takut kalau aku gagal..........!
Tapi aku takut kalau aku gak mencoba.....!
Tapi aku takut..........!!
Entah apa yang aku takutkan....!!
Hari ini hati ku gundah gulana...!!
Pikiran ku gak karuan....!!
tapi dalam hati kecil ku berbisik......!!
"Jangan ragu, jangan takut, yakinlah"
Begitu kata-katanya,,
NSS...??
Nahwa Safitri Sholaihah...
Gadis kecil yang dinanti di tangan kebingungan....!!
Semoga NSS bisa lahir di tengah kehidupan bagi kami.....!!
Aku inggin sukses disetiap usaha....!!
Agar NSS hidup sejahtera.....!!
15/05/2011
Rabu, 09 Oktober 2013
SEJARAH KI NGABEHI SOERODIWIRYO
Riwayat hidup singkat KI NGABEI SOERODIWIRYO
Kata Pengantar
Buku pringatan ini diperuntukkan bagi keluarga Persaudaraan Setia Hati (S.H.) chususnya dan pecinta SH pada umumnya. Buku ini ditulis dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
I. Maksud:
a. Sebagai peringatan dan penghargaan atas jasa-jasa Almarhum Bapak S.H. Ialah Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai pensipta pencipta pencak silat serta Ilmu Kebathinan yang dibuat pedoman mendirikan Persudaraan Setya Hati pada tahun 1903 M.
b. Guna bersama-sama mengetahui hal ichwal persaudaraan S.H. Terutama oleh para Sdr.2 baru yang masuknya di kalangan SH sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo wafat pada hari Jum'at Legi tanggal 10 November 1944 M (2604 Jepang).
II. Tujuan
a. Agar buku ini dapat dipergunakan sebagai pedoman di hari depan bagi para penerus Persaudaraan SH.
b. Pengharapan mudah-mudahan cita-cita Almarhum bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo yang suci dan luhur itu, sebagai jalan memperkembangkan membangun salah satu warisan Kebudayaan Nasional Nenek Moyang kita, hendaknya kita tidak dihindarkan, bahkan diperteguh, yaitu menggalang kerukunan lahir bathin sesama umat manusia, walaupun akan mungkin disesuaikan dengan kemajuan zamannya di hari depan.
Pendahuluan:
Sejak beberapa tahun yang lalu terasa oleh Keluarag Persaudaraan SH perlunya segera membuat buku peringatan tentang hal ichwal Persaudaraan SH. Sekarang waktunya telah tiba untuk menyusun buku peringatan ini guna menyongsong datangnya Ulang Tahun Persaudaraan SH yang ke-60.
Agar para pembaca mendapatkan perngertian dan gambaran yang agak lengkap maka buku ini ditulis dalam 3 pokok persoalan ya'ni:
Riwayat singkat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo didahului oleh silsilahnya Almarhum.
I. Sumber-sumber ilmu kebathinan dan pencak Silat yang dihimpun oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dan menjadi dasar berdirinya Persaudaraan Setya Hati (SH).
II. Sejarah perkambangan Setya Hati sejak berdirinya pada tahun 1903 M hingga sekarang.
Mudah-mudahan buku ini akan bermanfaat kiranya bagi para Saudara SH terutama bagi Saudara SH yang masuknya di kalangan Persaudaraan, sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo meninggalkan kita. Wafat pada tanggal 10 November 1944 M.
I. RIWAYAT SINGKAT HIDUP KI NGABEI SOERODIWIRYO.
A. SILSILAH.
Ki Ngabei Soerodiwiryo, nama kecilnya MAS MOHAMAD MASDAN, dilahirkan pada tahun 1876 M, putra sulung Ki Ngabei Soeromiharjo, mantri cacar di Ngimbang (Jombang).
Ki Ngabei Soeromiharjo, ayah Ki Ngabei Soerodiwiryo, mempunyai saudara bernama Mas Ngabei Soerodiprojo, semula Wedono Wonokromo, kemudian Wedono Sedayu-Lawas.
Ki Ngabei Soeromiharjo adalah saudara sepupu (nakdulur) dari RAA Soeronegoro, Bupati Kediri Almarhum. RAA Soeronegoro ini adalah keturunan Bupati Gresik (Jawa Timur).
Ki Ngabei Soerodiwiryo pun salah seorang keturunan BATORO KATONG yang dimakamkan di Ponorogo.
Ki Ngabei Soerodiwiryo kswin dengan ibu Sariyati Soerodiwiryo yang sekarang ini, pada tahun 1905 M di Surabaya. Ibu pada waktu itu berumur 17 tahun dan Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah berusia 29 tahun. Dari perkawinan ini lahir 5 (lima) orang anak, yaitu 3 putra dan 2 putri, tetapi kelima anak itu semua meninggal sewaktu masih kecil.
B. RIWAYAT HIDUP.
Pada tahun 1890 (usia 14 tahun) Ki Ngabei Soerodiwiryo lulus SR 4 tahun, kemudian diambil sebagai putra oleh pamannya ( Pak De), yaitu Mas Ki Ngabei Soemodiprojo - Wedono Wonokromo, kemudian Wedono Sedayu-Lawas.
Pada tahun 1891 (usia 15 tahun) Ki Ngabei Soerodiwiryo disuwitakan kepada seorang kontrolir BB dan diberi pekerjaan sebagai magang - jurutulis (volontair) - tidak bergaji. Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal serumah dengan Tuan Kontrolir di Jombang, mendapat pakaian dan makan. Beliau diserahi mengawasi (momong) putra Tuan Kontroloir yang masih kecil sesudah pulang dari kantor.
Di waktu istirahat pada sore hari Ki Ngabei Soerodiwiryo mengaji agama Islam di pondol Tebu Ireng (Jombang). Selain mempelajari Agama, beliau dengan teman-temannya belajar pencak silat pada beberapa orang guru pencak.
Pada tahun 1982 Tuan Kontrolir dipindah ke Bandung. Ki Ngabei Soerodiwiryo ikut pula ke Bandung dan di sana juga mendapat pekerjaan seperti di Jombang dan tetap bertempat tinggal di loji Kontroliran (tidak digaji, tetapi mendapat uang saku).
Di daerah Parahiangan inilah Ki Ngabei Soerodiwiryo berkesempatan menambah kepandaian pencak silat dari beberapa pendekar selama 1 (satu) tahun. Karena berbakat dan berkemauan keras serta dapat berpikir cepat, maka beliau dapat menghimpun bermacam-macam langkah permainan, misalnya permainan: Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibediyut, Cilamaya, Ciampea dan Sumedangan.
Pada tahun 1893 Tuan Kontrolir dipindah ke kota yang lebih besar lagi, ialah Betawi ( Jakarta). Ki Ngabei Soerodiwiryo turut pindah beserta keluarga kontrolir tadi dan tugasnya pun masih tetap sama seperti di Jombang dan di Bandung. Di Kota Betawi ini Tuan Kontrolir juga hanya tinggal satu tahun, tetapi Ki Ngabei Soerodiwiryo dapat mempergunakan waktu yang singkat ini untuk menambah pengetahuannya, antara lain permainan-permainan Betawen, Kwitangan, Monyetan, dan toya.
Pada tahun 1894 Tuan Kontrolir diangkat sebagai Wd. Asistent Resident di Bankahulu. Ki Ngabei Soerodiwiryo (usia 18 tahun) ikut serta pindah ke Bengkulen. Di daerah ini beliau dapat melihat permainan-permainan pencak silat yang gerak-gerakkannya menyerupai pencak-silat di Jawa-Barat.
Kurang lebih 6 bulan kemudian, pada tahun 1984 Tuan Kontrolir itu diangkat sebagai Asistent-Resident tetap dan dipindahkan ke kota Padang, Sumatra Barat. Ki Ngabei Soerodiwiryo ikut pula ke Padang. Oleh karena orang Asistent Resident berkedudukan tinggi dan berpengaruh, maka Ki Ngabei Soerodiwiryo diangkat sebagai pegawai, masuk daftar gaji, tetapi tetap sebagai magang jurutulis di kantor Asistent Resident dan tetap bertempat tinggal pada keluarga Assistent Resident, sambil mengawasi putra Assistent yang sudah agak besar itu.
Di daerah Padang dan sekitarnya inilah Ki Ngabei Soerodiwiryo dapat melihat dan mempergunakan kesempatan mempelajari pencak silat yang berbeda dengan permainan-permainan di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Di daerah Sumatra terkenal tiap-tiap kampung mempunyai perkumpulan2 pencak silat. Hampir kurang lebih dua tahun Ki Ngabei Soerodiwiryo di daerah ini mempelajari pencak silat dari beberapa perkumpulan berganti-ganti, hingga merasa puas.
Disamping belajar pencak silat, beliaupun mendapat pelajaran2 ilmu2 kebathinan.
a. Pertana ilmu kebathinan berdasar Ketuhanan
b. Kedua ilmu kebathinan yang menuju ke arah kerukunan bersama
Jika dapat memenuhi syarat-syarat dan janji2 kebathinan yang kedua inilah orang dapat mengharapkan perlindungan dari Tuhan YME: wejangan kebathinan pertama.
Pada suatu hari Tuan Assistent Resident memberitahukan kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo, bahwa ia akan segera berangkat dengan cuti menuju ke negeri Belanda. Pada waktu Tuan Assistent berangkat (tahun 1896), Ki Ngabei Soerodiwiryo (usia 20 tahun) masih ingin sementara waktu tinggal di Padang untuk menyelesaikan pelajaran2 pencak silat maupun ilmu kebthinan.
Selama di daerah Sumatra Barat ini beliau telah mempelajari permainan2 Minangkabau dan lain2 misalnya Permainan2:
Padang Pariaman, Padang Panjang, Padang Sidempuan, Padang Pesisir/Baru, Padang Sirante, Padang Alai, Fort de Kock, Alang Lawas, Linto, Solok, Singkarah atau Kuda Batak, Alang Sipai, Payakumbuh, Lubuk Sikaping, Kota Gadang, Maninjau, Airbangis dan Terlakan.
Salah seorang guru yang terbaik ialah yang bernama DATUK RAJO BATUAH. Datuk ini disamping mengajar pencak silat juga memberi wejangan2, yang oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo diberi nanma Tingkat II. Wejangan ini diberikan kepada saudara2 SH sesudah menerima wejangan I pada upacara penerimaan Saudara SH baru, setelah beberapa waktu kemudian.
Setelah merasa puas dapat memperkaya diri tentang hal kepandaian pencak silat dan ilmu kebathinan di daerah Sumatra Barat ini, Ki Ngabei Soerodiwiryo minta berhenti dari pekerjaannya pada tahun 1898 dan melanjutkan perantauannya menuju Aceh, Sumatra Utara dan bertempat tinggal pada adiknya yang bernama Sdr. Adi (Soeradi) yang bekerja pada jawatan Kereta Api. Di sini pun Ki Ngabei Soerodiwiryo mempelajari pencak silat dari seorang guru silat bernama TENGKU ACHMAD MULIA IBRAHIM. Permainan2 yang didapat ialah: Aceh Pantai, Kucingan, Binjai-Langsan, Simpangan, Trutung dll.
Disamping belajar pencak silat gaya Aceh, beliaupun mendapat wejangan2 kebathinan dari seorang keluarga Raja Bali yang diselong (diasingkan) di Aceh dan mempunyai sebutan: GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH, yang berdiam diri di Olehleh. Setelah itu beliau juga menerima wejangan kebathinan dari seorang guru bernama TJIK EEDOJO.
Dengan sabar dan tekun Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak merasa bosan mencari ilmu untuk diperbandingkan, yang dianggap baik dihimpun sebagai bekal hidupnya di dunia sampai achirat.
Achirnya, pada tahun 1900 M Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang menuju Betawi dan Bandung. Bagaimana cara penghidupannya tidak diterangkan. Pada bulan puasa 1902 beliau pulang ke Surabaya.
Kisah perantauan Ki Ngabei Soerodiwiryo tsb.diuraikan oleh beliau sendiri kepada beberapa saudara SH di waktu mereka berkunjung ke Winongo-Madiun untuk mendapat keterangan2 sumber2 kepandaian pencak silat maupun ilmu kebathinan.
Ki Ngabei Soerodiwiryo mendapat kepandaian2 pencak silat maupun ilmu kebathinan itu dengan susah payah dan kerap kali mendapat percobaan2 bertanding tidak saja dengan teman latihannya, tetapi juga dengan orang2 sombomg dsb. Ki Ngabei Soerodiwiryo memang seorang pemberani yang keras hati. Sebelum beliau mendapat ilmu2 kebathinan, beliau sering mendapat musuh dan terjadi perkelahian2 dengan sama2 mempergunakan pencak silat. Oleh karena beliau telah mempelajari pencak silat gaya Sumatra dengan baik dan ditambah pelajaran2 dari Jawa, maka beliau selalu selamat dan perkelahian2 tadi malah bermanfaat guna menambah pengalaman.
Sesudah beliau mendapat wejangan2 kebathinan, maka beliau mulai mengurangi melayani perkelahian2 yang sekira tidak sangat menyinggung perasaan. Dalam menerima ilmu kebathinan yang disertai pelajaran2 pencak silat, beliau harus berjanji untuk berbuat kebajikan2 yang diperkuat dengan sumpah.
Setelah Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Surabaya, beliau dapat pekerjaan sebagai polisi distrik Wonokromo.
Sebagai seorang anggauta polisi penjaga keamanan, beliau kerap kali mendapat ujian2. Beliau dapat menangkap orang tahanan yang melarikan diri sambil mengamuk orang2 yang dijumpai di jalan.
Beliau juga sering menangkap pencuri2 dan penjudi2 dadu. Kemudian beliau dipindah sebagai anggauta kepolisian di Surabaya. Di sini tugasnya lebih berat lagi. Kerap kali harus menenteramkan dan menangkap orang2 Madura yang berkelahi. Pernah juga dapat tugas menggerebeg sarang perjudian Tionghoa. Rumah perjudian yang berpagar tembok tinggi dapat beliau lalui dan kemudian dapat membuka pintu gerbangnya. Beliaulah yang mendahuui rombongan teman2-nya memasuki rumah judi itu. Salah seorang yang menjaga rumah perjudian itu menolak polisi memasuki rumah judi. Secara sombong jagoan itu akan melawan, tetapi achirnya dapat ditenteramkan dan ke-15 orang Tionghoa penjudi itu semua dapat dibelenggu dan digiring ke kantor polisi. Anggauta2 polisi teman beliau sama heran tentang keberanian Ki Ngabei Soerodiwiryo itu.
Oleh karena jasa beliau, maka beliau dinaikkan pangkat menjadi Mayor polisi dan ditempatkan di pos polisi Ujung. Di sini kerap kali beliau melakukan penangkapan2 orang2 Madura yang berjudi, pencuri2 barang2 gudang, juga menenteramkan pelaut2 Belanda yang membikin kerusuhan. Sekali terjadi perkelahian melawan pelaut Belanda yang bertubuh besar dan tinggi karena pelaut ini tidak suka disuruh pergi dari tempat yang dibuat rame2. Setelah pergulatan, pelaut itu dilemparkan ke sungai Kali Mas. Segera polisi lainnya menolong pelaut itu keluar dari air dan pergilah ia.
Pada waktu itu Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal di kampung Tambak Gringsing dan sesudah membentuk persaudaraan yang anggautanya disebut sebagai "SEDULUR TUNGGAL KECER" dan permainan pencak silatnya disebut "JOYO GENDILO". Persaudaraan ini dibentuk pada tahun 1903 M.
Pada tahun 1912 M Ki Ngabei Soerodiwiryo berhenti bekerja dari kepolisian, karena merasa kecewa - sering atasannya tidak menepati janji. Pada tahun 1912 itu masa berkobarnya Pergerakan Sarekat Dagang Islam yang diplopori oleh Kiyahi Haji Samanhudi dari Solo, yang kemudian menjelma menjadi SAREKAT ISLAM dibawah pimpinan HOS Cokroaminoto cs. Mungkin mengingat pergerakan2 yang sedang berkobar kobar dan mengingat pula Ki Ngabei Soerodiwiryo pernah melempar pelaut Belanda ke sungai dan ditambah pula beliau pernah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembele diri dan diingat pula beliau adalah seorang pemberani, maka fihak Belanda menaruh curiga terhadap Ki Ngabei Soerodiwiryo.
Mengingat suasana yang tidak menyenangkan ini di kota Surabaya, maka pada tahun 1912 beliau pergi ke Tegal dan bertempat tinggal di rumah seorang keluarga sdr. Suryo Apuk yang menjabat sebagai opzichter Irigasi. Di Tegal beliau tidak bekerja dan hanya membantu keamanannya opzichter itu.
Pada tahun 1914 beliau mendapat surat dari Sdr.2 Tunggal Kecer di Surabaya untuk dicarikan pekerjaan pada Djawatan Kereta Api. Setibanya di Surabaya beliau terus bekerja di Kali Mas. Tetapi setelah bekerja selama k.l. satu tahun, pada tahun 1915 beliau dipindah ke bengkel K.A. Madiun. Kepindahan ini mungkin karena polisi P.I.D. (intel politiek) Surabaya tidak menginginkan Ki Ngabei Soerodiwiryo berada di daerahnya.
Di kota Madiun ini Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak tinggal diam. Beliau mengajar pencak silat dengan memakai nama seperti di Surabaya, tetapi pada tahun 1917 nama persaudaraan disesuaikan dengan keadaan zaman dan diganti namanya menjadi persaudaraan "SETYA HATI", disingkat S.H., dan nama itu tetap dipakai sampai sekarang ini.
Riwayat singkat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo ini hanya sampai pada achir tahun 1944, karena Bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Rachmattullah pada hari Jumaat Legi 10 Nopember 1944 di desa Winongo Madiun dalam usia 68 tahun, setelah menderita penyakit asma beberapa tahun lamanya.
Ki Ngabei Soerodiwiryo berhenti dari jabatan Negeri dengan hal pensiun pada achir tahun 1933 hingga beliau hidup dari pensiunnya selama 11 tahun. Ibu Soerodiwiryo yang waktu kawin dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo baru berusia 17 tahun, sekarang telah berusia 74 tahun dan menerima pensiun janda. (Kini sudah wafat).
Rumah milik Ki Ngabei Soerodiwiryo dan Ibu, sebelum wafatnya, Bapak memberi pesan kepada Ibu Sdr/i SH di Madiun , jika Bapak wafat sewaktu-waktu maka rumah dan miliknya akan diwakafkan kepada Persaudaraan Setya Hati. Atas keridlaan Ibu dan Sdr. Wongsoharjo (adik Ki Ngabei Soerodiwiryo) dengan sekedar kerugian rumah menjadi milik dari Persaudaraan "SETYA HATI" dengan perjanjian, bahwa Ibu selama masih hidup harus tetap tinggal di Panti SH Winongo itu.
Oleh karena itu Persaudaraan SH merasa wajib memelihara dan menjaga keselamatan Ibu yang dianggap sebagai Ibu SH pengganti Bapak Ki Ngabei Soerodiwiryo.
II. SUMBER ILMU KEBATHINAN DAN ILMU PENCAK SILAT YANG DIHIMPUN OLEH KI NGABEI SURODIWIRYO
Walaupun sumber2 kepandaian Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagian besar telah disebut pada riwayat hidupnya, tetapi perlu disusun pula sari-sari kepandaian Ilmu Kebathinan dan Pencak Silat yang dipergunakan sebagai dasar pemberian pelajaran2 kepada Keluarga Persaudaraan SH sebagai berikut:
KEBATHINAN:
Pertama: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah asal dari Bali, yang bertempat tinggal di Olehleh (Aceh). Didapat wejangan2 Ilmu Kebathinan yang oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat2 pada penerimaan Saudara SH Baru, berujud: air kecer, kain putih, lambang2 "L2 uang", lambang ketengan (uang yang bernilai paling rendah). Di zaman kemerdekaan ini ketengan2 diganti dengan uang RI yang terendah nilainya, makna hari dan pada tubuh dan letak kekuatan bagian tubuh tiap tiap hari. Pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN PERTAMA (trap pertama).
Kedua: Dari DATUK RAJO BATUAH didapat wejangan Ilmu Kebathinan berujud 2 (dua) buah kalimat rafal yang bermaksud menyandarkan diri kepada ALLAH dan RASULNYA agar diri atau tubuh terhindar dari segala bahaya. Dua kalimat rafal dari Datuk Rajo Batuah ini diajarkan kepada saudara2 SH sebagai WEJANGAN TINGKAT KEDUA (trap kedua). Wejangan tingkat kedua mengandung tiga kalimat rafal. Adapun kalimat ketiga yaitu rafal ketiga didapat dari RAA Soeronegoro, Bupati Kediri yang meninggal dunia pada tahun 1916 M. Dari Bupati Kediri ini selain mendapat rafal tsb.diatas, didapat juga coretan gaib. Sebelum membuat coretan gaib ini, orang harus berpuasa (tidak makan dan tidak minum) dan juga puasa membisu (tidak bicara).Jika para pembaca ingin menyaksikan coretan gaib itu, maka kami persilahkan datang di pendopo kabupaten Kediri dan mengamat amati ukir-ukiran pada ompak (alas) 4 soko (tiang) guru pendopo kabupaten itu. Coretan gaib ini tidak termasuk wejangan tingkat dua (trap kedua) dan hanya diberikan kepada mereka yang selalu mendekati beliau dan minta tambahan2 dengan syarat sanggup memenuhi cara memenuhi cara menulisnya dan membuatnya.
Ketiga: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah selain mendapat wejangan tingkat pertama (trap kesatu) diterima juga wejangan2 untuk tingkat ketiga (trap ketiga), ialah wejangan yang tertinggi bagi saudara2 SH. Belum semua saudara SH menerima wejangan ini, karena syarat2-nya memang agak sukar didapat. Saudara2 yang sudah dapat 3 wejangan2 lengkap tsb. di atas itu, sudah diberi wewenang untuk mengecer saudara2 SH baru (menerima saudara2 SH baru secara Ki Ngabei Soerodiwiryo menerimanya).
PENCAK SILAT:
Salah seorang guru pencak silat yang dianggap terbaik permainannya disamping memberi wejangan2 dua kalimat rafal tersebut di atas, ialah DATUK RAJO BATUAH dari Sumatra Barat. Nama Datuk Rajo Batuah selalu diperingati pada tiap2 selamatan upacara penerimaan saudara SH baru. Lain2 guru dan pendekar tidak disebut namanya pada selamatan itu , tetapi beberapa permainan yang dianggap penting selalu diperingati dengan selamatan pada upacara itu.
Selain memperingati permainan2 yang akan dipelajari tiap2 saudara S.H. Pada selamatan itu harus pula memperingati asal mula terjadinya sebagai manusia dan letak berdiamnya di bumi ini.
Peringatan terachir ini tidak hanya pada waktu upacara penerimaan saja, tetapi tiap2 berhajat apa saja atau latihan2 supaya tidak lupa ingat asal mulanya terjadi. Pada waktu2 berlatih sambung diwujudkan dengan "ULUK SALAM".
Upacara selamatan dimaksud agar saudara SH yang mempunyai hajat itu memperingati awal mulanya hidup di dunia ini; kedua ialah supaya mendapat restu dan perkenan menerima wejangan2 ilmu kebathinan dan pelajaran permainan pencak silat guna dapat mengelakkan segala bahaya.
Kejujuran Ki Ngabei Soerodiwiryo yang selalu dibuktikan ialah, bahwa beliau selalu tidak melupakan jasa-jasa guru2-nya. Pada waktu2 memberikan pelajaran silat selalu ditegaskan bahwa tegak2 (stand) atau langkah2 dan gerakan2 tangan yang diajarkan itu didapat dari pendekar A atau B, dan permainan2 dari daerah C atau D dan begitu seterusnya. Demikian juga halnya dengan ilmu kebathinannya.
Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak melarang saudara SH berguru pada lain peguron ilmu kebathinan ataupun lain pendekar pencak.
Tetapi beliau sendiri dikalangan Persaudaraan SH tidak suka disebut sebagai GURU, melainkan minta supaya disebut Saudara tertua saja. Menurut keterangan beliau sendiri, bahwa dalam mencari kepandaian pencak silat, beliau berlandaskan KEMAUAN KERAS DAN SANGAT BERANI. Oleh karena itu beliau banyak sekali mendapat percobaan2 dan ujian2 berupa perkelahian2 dengan orang2 yang mengejek padanya atau hanya ingin adu kepandaian, tetapi beliau selalu dapat mengatasi baik di Jawa Barat maupun di Sumatra.
Setelah beliau merasa sudah cukup mempelajari pencak silat yang beraneka ragam di Jawa Barat maupun di Sumatra, pula sudah mendapat wejangan2 ilmu2 kebathinan, maka beliau dapat merobah cara berfikirnya. Beliau tidak lagi melayani percobaan2 atau ejekan2 yang sekira tidak akan sangat merugikan nama baiknya.
UBO-TAMPE SELAMATAN UPACARA PENERIMAAN SAUDARA S.H. BARU
Adalah sebagai berikut:
1. Bucang - memperingati Baginda Ilyas
2. Pisang rojo ayu setangkep - permainan Rajo Batuah.
3. Ingkung panggang - permainan Cimande.
4. Nasi gurih - permainan Tanah Baru Padang Pasir.
5. Nasi golong - permainan Bungus Tjiampea.
6. Arang-arang kambang - permainan ampang.
7. Klepon - permainan Cibeduyut campur Padang Alai.
8. Jenang sengkolo.
9. Kembang telon.
Adapun sumber2 permainan pencak silat SH asalnya telah diuraikan pada riwayat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo di muka. Dari sumber2 itu oleh beliau diambil sari-sarinya dan dicampur dengan teliti berdasarkan pengalaman2 sambung latihan, percobaan2 dari lain aliran atau dari perkelahian2. Hasil dari pengambilan sari-sari yang dicampur dan diubah secara teliti itulah ysng memungkinkan beliau menciptakan beberapa jurus pencak yang digunakan sebagai dasar permainan SILAT SETYA HATI.
ASAL ATAU NAMA JURUS PENCAK DASAR SH ADALAH SEBAGAI DI BAWAH INI (CARA MENGERJAKANNYA TIDAK DITULIS DI SINI)
1. Betawen I.
2. Betawen II.
3. Cimande I.
4. Cimande II.
5. Cikalong (slewah)
6. Ciampea I (besutan)
7. Ciampea II (krawelan)
8. Tanah Baru I (slewah)
9. Tanah Baru II.
10. Permainan Tionghoa
monyetan.
11. Cimande III (keletan)
12. Cimande IV, seperti ll. tambah beberapa tegak
13. Cimande V.
14. Cibeduyut dengan toya.
15. Padang Panjang I.
16. Padang Pandjang II.
17. Cipetir.
18. Padang Siranti.
19. Sumedangan I.
20. Sumedangan II.
21. Linthau.
22. Cimande VI.
23. Alang Lawas I.
24. Alang Lawas II.
25. Minangkabau I Kucingan.
26. Solok Minangkabau II
27. Cibeduyut.
28. Cimande VII.
29. Terlakan Monyetan-tukang
(tidak diajarkan)
30. Padang Alai I.
31. Padang Alai II.
32. Fort de Kock.
33. Padang Alai III.
34. Padang Alai IV.
35. Kuda Batak.
36. Sipai Minangkabau III.(blirik)
Oleh karena bukan maksud buku peringatan ini untuk dapat digunakan sebagai buku pelajaran pencak silat, maka di sini tidak ditulis bagaimana wujud dan acara mengerjakan jurus-jurus itu.
Jurus 29 sengaja tidak diajarkan kepada sdr.2 SH, karena Ki Ngabei Soerodiwiryo waktu mendapat jurus ini oleh gurunya diharuskan bersumpah lagi lebih berat, hingga beliau tidak mau dianggap tidak bertanggung jawab akan sumpahnya. Jurus itu hanya akan digunakan mengenai soal2 yang sudah diputuskan harus dibela sampai lawan mati dengan tidak menghiraukan apa akibatnya atau diri sendiri harus mati.
Inilah sebabnya mengapa Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak memberikan jurus 29 kepada sdr. SH. Jadi sdr. SH mendapat pelajaran 35 macam jurus secara lengkap sebagai dasar mempelajari pencak SH.
Seperti umumnya achli2 pencak silat mengerti bahwa tiap2 jurus terdiri atas beberapa tegak (stand). Untuk mewujudkan tegak2 itu harus dilaksanakan langkah2 kaki dan menggerakkan tangan dari tegak yang satu menjadi tegak yang lain. Oleh karena itu maka 35 jurus SH tadi terdiri atas ratusan tegak2 yang dijadikan dasar pelajaran silat SH.
Untuk belajar silat harus terlebih dahulu mahir tentang jurus dan disamping itu pandai cepat berfikir, licin, lemas, tangkas dan berani. Selanjutnya harus mempelajari perubahan dari tegak kesekian dari jurus sian menjadi tegak sekian dari jurus lain. Setelah selesai merangkaikan ratusan macam tegak2 itu dalam latihan bersambung, tinggal melihat sikap lawan.
Di dalam sambung jurus tidak lagi menjadi pikiran, tetapi tegak2-nya yang harus dikerjakan. Untuk bermain pencak silat secara baik, maka orang perlu mempunyai kepandaian berfikir cepat agar segera mengerti gelagat lawan.
Ki Ngabei Soerodiwiryo almarhun dalam hal pencak silat ternyata adalah oknum yang mempunyai syarat-syarat cukup, misalnya: bakat - dapat berpikir cepat - keberanian - kesehatan waktu mudanya - dan berlatih terus menerus. Sejak mudanya sampai pada wafatnya terus menerus berlatih. Waktu mudanya mencari pencak silat untuk diri sendiri dengan jalan berlatih, setelah mahir lalu memberi pelajaran kepada saudara2 SH yang berarti berlatih terus menerus. Dari pengalaman2 sudah dapat dikatakan, bahwa misalnya sepasang pemain pencak silat dari satu aliran yang sama2 mahirnya, tetapi seorang lebih tegap dan besar badannya, maka yang kecil itulah yang biasanya akan kalah walaupun mahir pencak silatnya.
III. SEJARAH PERKEMBANGAN PERSAUDARAAN "SETYA HATI" (SH)
Persaudaraan SH didirikan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo pada tahun 1903 di Surabaya, 1 tahun setelah beliau pulang dari perantauannya dari Jawa Barat dan Sumatra, yang berlangsung kurang lebih 10 (sepuluh) tahun. Waktu Persaudaraan didirikan, keluarga Persaudaraan disebut "SEDULUR TUNGGAL KECER". Istilah KECER diambil dari wujudnya syarat yang terpenting ialah: "AIR KECER" yang diberikan kepada Saudara baru. Air kecer ini setelah diberi isi, secara chidmad oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo diberikan kepada Saudara baru untuk sedikit diminum dan sisanya diborehkan:
1. Dari jidat melalui kepala sampai leher belakang.
2. Kedua mata.
3. Kedua telinga.
4. Kedua tangan dari atas siku sampai ujung jari.
Pada waktu itu Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal di kampung Tambak gringsing dan bekerja sebagai polisi kota Surabaya. Pada awal berdirinya persaudaraan "SEDULUR TUNGGAL KECER", baru ada 8 (delapan) orang keluarga. Yang terdahulu adalah Sdr. Noto Gunari, adik Ki Ngabei Soerodiwiryo dan saudara KNEVEL, seorang indo belanda. Persaudaraan "STK" mulai dikenal oleh masyarakat Surabaya, terutama diperhatikan oleh para pendekar dan para penggemar pencak silat.
Pada zaman itu orang2 darah panas tidak rela kalau ada orang lain yang dianggap saingannya. Oleh karena demikian maka Ki Ngabei Soerodiwiryo mulai menerima tantangan2 untuk tukar kepandaian pencak silat. Sebenarnya beliau ingat akan petuah2 dari gurunya supaya tidak melayani soal soal yang tidak penting. Tetapi terdorong sdr.2 muda "STK" maka beliau terpaksa menerima juga tantangan2. Mula2 dari ahli2 silat Surabaya aliran SEPANJANG, JOSREMO. Karena Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah mempelajari banyak aliran dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatra, maka dengan mudah mereka itu dikalahkan. Menerima pula tantangan dari orang masinis K A dari Cirebon. Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah dapat menggambarkan permainan dari masinis itu yaitu pencak silat dari Jawa Barat. Masinis badannya kuat dan tegap. Pertandingan sangat ramai, serangan2 berkali kali dielakkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo. Masinis kebingungan lalu menangkap Ki Ngabei Soerodiwiryo yang seolah olah memberikan badannya, tetapi ketika akan dibanting, Ki Ngabei Soerodiwiryo mencekek lehernya masinis kuat kuat. Karena merasa sakit bantingan tidak terjadi lalu janggutnya ditindaskan pada jari2 yang mencekek lehernya. Jari2 Ki Ngabei Soerodiwiryo dengan cepat digeser ke pipinya masinis kanan kiri, arah tengah2 gigi atas bawah sambil ditempeleng kepalanya. Ikat kepala masinis jatuh dan mulut merasa sangat sakit, maka pertandingan bubar, setelah dilepaskan tangkapan badan yang tidak manfaat. Ki Ngabei Soerodiwiryo dalam pertandingan ini tidak melakukan serangan kaki maupun tangan, tetapi hanya berusaha dan berhasil mengelakkan serangan2 lawan. Baru setelah lawan menangkap badan, secepatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo menancapkan kukunya ke leher lawan, salah satu tempat yang lemah dari tubuh manusia, lalu jari2 dipindah ke pipi.. Singkatnya dari kelicinan langkah elakan serangan2 achirnya pertandingan cukup diselesaikan dengan kuku dan jari2 tengah kiri saja.
Ki Ngabei Soerodiwiryo semakin terkenal pencak silatnya di kalangan terpelajar. Persaudaraan STK bertambah keluarganya.
Pada suatu hari Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai polisi kota mendapat tugas menggerebeg suatu tempat perjudian Tionghoa disertai beberapa teman polisi lainnya. 15 orang Tionghoa melihat adanya penggerebegan yang dipimpin oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak lari bahkan menyerah diri dengan bukti2-nya. Ke-15 orang Tionghoa digiring ke kantor polisi diserahkan urusannya kepada yang berwajib. Banyak sekali perkelahian2 orang Madura yang ditenteramkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo.
Karena banyak jasa2-nya kepada kepolisian, maka Ki Ngabei Soerodiwiryo dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Polisi dan ditempatkan di pos polisi Ujung. Yang penting perlu diuraikan di sini ialah Ki Ngabei Soerodiwiryo pernah sekali bertengkar mulut dengan seorang pelaut Belanda yang tidak mau mentaati peraturan. Pertengkaran mulut beralih ke perkelahian; karena keuletan Ki Ngabei Soerodiwiryo belanda yang bertubuh tinggi besar itu dapat terlempar ke dalam Kali Mas.
Pada tahun 1905, seorang pemuda berbadan tegap bernama RM APUK anak seorang kaya di Surabaya, pandai pencak silat aliran Surabaya lama, ingin sekali mencoba Ki Ngabei Soerodiwiryo. Ia dilayani maksudnya, tetapi ternyata secara mudah dapat dikalahkan. RM Apuk seorang pemuda keras hati merasa malu atas kekalahannya itu. Maka diam2 mengambil uang ibunya k.l. F. 9.000,- guna bekal ke Jawa Barat untuk belajar pencak silat. Ia berkata kepada teman2-nya diantaranya sdr.2 STK, kalau ia kembali dari Jawa Barat dan masih kalah lagi pencak dari Ki Ngabei Soerodiwiryo, maka ia akan masuk menjadi keluarga STK.
3 Tahun lamanya RM Apuk belajar pencak silat di daerah Priangan. Setelah ia merasa mahir sekali, ia pulang ke Surabaya dan menantang lagi Ki Ngabei Soerodiwiryo; ia dilayani pula. Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah dapat menggambarkan apa alirannya. Sebaliknya RM Apuk tidak tahu benar berapa macam aliran pencak silatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo. Pertandingan terjadi seru dengan disaksikan oleh banyak orang antaranya beberapa STK. RM Apuk berbadan tegap, sebaliknya Ki Ngabei Soerodiwiryo berbadam kecil sampai dipepetkan di bawah jendela yang terbuka. RM Apuk berkata keras: "Ayo bergerak". Baru saja ia selesai berkata "bergerak" dengan tidak sadar ia sudah terlempar keluar jendela. RM Apuk, seorang pemuda pelajar HBS yang sportif dan konsekwen, dengan segera ia berjabatan tangan dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo dengan ucapan: "saya mulai sekarang minta masuk menjadi keluarga STK". Ini terjadi pada tahun 1908. Kejadian ini diutarakan sendiri oleh RM Apuk pada waktu ia pulang dari hukuman di Cipinang Jakarta, dan sementara tinggal serumah dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo di Winongo - Madiun. Ia dihukum karena menembak mati seorang Indo Belanda di Mojokerto yang mau menodai adik perempuannya.
Pada tahun 1912 ramai2-nya pergerakan SI (Sarekat Islam) di Surabaya dan terkenalnya Ki Ngabei Soerodiwiryo dikalangan rakyat terpelajar, terutama pencak silatnya. Pula pernah berani melempar seorang pelaut Belanda di sungai Kali Mas, maka polisi belanda (bagian PID-nya) menaruh curiga terhadap Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai alat negara penjajahan. Kecurigaan ini dimengerti oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo. Oleh karena perasaan tidak tentram, maka beliau minta berhenti dari dinas kepolisian dan pergi ke Tegal atas petunjuk RM Apuk. Di Tegal beliau membantu pamannya Sdr. Apuk yang menjadi opzichter Irigasi. Setelah 2 tahun Ki Ngabei Soerodiwiryo tinggal di Tegal dan tidak mendapatkan pekerjaan yang tetap, maka beliau menerima surat dari STK Surabaya yang meminta supaya beliau pulang saja ke Surabaya dan akan dicarikan pekerjaan pada Jawatan Kereta Api.
Pada tahun 1914 Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Surabaya; beliau mendapat pekerjaan pada DKA di Kalimas. STK tambah lagi keluarganya. Dalam tahun 1914 itu timbulnya perang dunia pertama. Belanda menyiapkan angkatan perangnya. Barisan2 tiap hari menuju ke pangkalan laut Ujung (Penyusun Buku ini pada tahun 1914 berada di Surabaya hingga tahun 1918). Tetapi tidak tahu tentang adanya STK. Dalam keadaan demikian Belanda tentu sangat waspada terhadap gerakan2 penduduk. Dengan tidak mengetahui jelas apa sebabnya, maka pada tahun 1915 Ki Ngabei Soerodiwiryo dipindahkan ke bengkel DKA kota MADIUN. Beliau mula2 bertempat tinggal di kampung Prajuritan. Beliau tidak bisa terlalu lama tidak bermain pencak silat. Maka beliau mulai mengajar pencak silat kepada orang2 yang memang menginginkannya. Mula2 tidak memakai syarat2 pencalonan. Tetapi harus berjanji dan sumpah beserta membawa syarat2 : kain putih, sirih, kemenyan dan uang ketengan sejumlah 15 buah, pula uang bernilai 12 "uang".
Pada permulaan tahun 1917 banyak saudara2 dari bengkel KA dan pegawai Topografische dienst (brigade) minta pelajaran pencak silat, maka dibentuk persaudaraan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo yang diberi nama: "JOYO GENDILO CIPTO MULYO" atas persetujuan para keluarga persaudaraan. Sebelum saudara2 ini diterima menjadi keluarga persaudaraan, mereka tidak mengira bajwa Ki Ngabei Soerodiwiryo akan memberi juga ilmu kebathinan disamping memberi pelajaran pencak silat.
Ilmu kebathinan yang diberikan adalah sesuai dengan pemberian pelajaran pencak silat sebagai alat pembelaan diri. Artinya bukan hanya ilmu mengelakkan bahaya secara lahir, tetapi juga secara bathin. Tidak lama Ki Ngabei Soerodiwiryo berumah di kampung Prajuritan, lalu pindah ke WINONGO.
Ketika pada tahun 1917 di Madiun diadakan pasar malam, untuk pertama kali Persaudaraan JOYO GENDILO CIPTO MULYO diminta oleh panitia Pasar Malam untuk memberikan sumbangan permainan pencak silat di pasar malam itu. Di Pasar Malam dipasang papan nama "JOYO GENDILO CIPTO MULYO", yang dibuat oleh Sdr.2 Ramelan cs. Baru pertama kali ini permainan pencak silat diperlihatkan dalam pasar malam di alun-alun Madiun. Para pemain memperlihatkan gerakan2 aliran Minangkabau yang menarik dengan serangan2 kaki yang hebat2 dan elakane yang tepat secara sungguh sungguh.
Sehabis pasar malam itu pencak silat Soerodiwiryo Winongo terkenal luas, tidak hanya dalam kota Madiun, tetapi sampai ke luar karesidenan Madiun. Banyak saudara2 pegawai dan para siswa OSVIA dan MULO yang minta masuk Persaudaraan. Atas pertimbangan para saudara, nama JOYO GENDILO CIPTO MULYO diganti dengan PERSAUDARAAN SETYA HATI, dengan singkatan SH. Ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan ilmu kebathinan yang suci dan yang diperlengkapi dengan pelajaran pencak silat.
Latihan2 diadakan di rumah Ki Ngabei Soerodiwiryo tiap hari Minggu pagi sampai siang. Ki Ngabei Soerodiwiryo waktu itu baru berusia 41 (empat puluh satu) tahun. Beliau memberikan pelajaran2 dengan tidak merasa lelah, berganti ganti memberikan pelajaran jurus dengan pecahannya kepada saudara2 baru, memberi pelajaran "jalan" kepada saudara2 yang sudah menyelesaikan pelajaran jurusnya, yaitu pelajaran memindah-mindahkan tegak2 (stand) jurus yang satu ke tegak2 jurus yang lain. Memberi pelajaran "jalan" atau "langkah" tidak bisa dilakukan lebih dari seorang berganti-ganti. Saudara2 yang sudah mendapat pelajaran "jalan" atau "langkah", baru mereka diberi pelajaran bersambung silat, orang melawan seorang.
Belajar bersambung silat mempergunakan hatsil dari pelajaran jurus dan pelajaran "langkah", atau jalan yang masih bersifat meniru jalan langkah kaki dan gerakan2 tangan si pengajar. Pelajaran bersambung silat, masing2 harus mencari akal sendiri menurut kepandaian jurus dan memindah-mindahkannya dengan melihat sikap tegak (stand) lawan.
Jadi pelajaran pencak silat SH ada 3 (tiga) pokok pelajaran, yaitu:
1. Pelajaran 35 jurus yang masing2 terdiri atas beberapa tegak (stand).
2. Pelajaran emmindah-mindahkan tegak2 dari suatu jurus ke tegak2 jurus lain.
3. Pelajaran bersambung silat.
Dari keterngan2 tersebut di atas dapat diterangkan tafsiran untuk istilah 2 pencak dan silat atau bersilat.
Pencak silat ialah gerakan2 yang dapat ditiru, ditulis, maupun digambar, mitsalnya orang yang sedang melakukan jurus dapat ditulis dan digambar. Begitupun mencapur jurus yaitu meindah-mindahkan tegak2 jurus yang lain. Kedua macam pelajaran tersebut (1 dan 2) dapat ditiru, ditulis, dan digambar, bahkan dapat digunakan berolahraga perorangan ataupun secara massaal.
Siat ialah gerakan2 pertandingan atau perkelahhian yang dilakukan dari hatsil tiruan2 pelajaran pecahan jurus dan pelajaran memindahkan tegak2 jurus, tetapi tidak dapat ditulis atau digambar untuk dipelajarkan. Pelajaran silat dapat diberikan secara teori dengan lisan, tetapi cara mempraktekkannya tergantung pada pelajarnya.
Untuk dapat mahir pencak silat, pelajar harus mempunyai syarat2 sebagai berikut:
1. Bakat
2. Kecakapan berpikir cepat.
3. Berani sakit dalam berlatih.
4. Kesehatan baik.
5. Berlatih terus menerus dengan hati jujur.
Perkembanagn pencak silat SH menjadi lebih pesat karena datangnya permintaan menjadi saudara SH dari Surabaya, Malang, Kediri, Semarang, Solo, dll. kota besar dan kecil.
Di Madiunpun seperti di Surabaya terjadi tukar menukar kepandaian pencak silat SH dengan pendekar dan perorangan, yang terang ialah bernmaksud mencoba secara damai seberapa mutu silat SH itu.
Seorang pendekar pernah bertanding secara damai dengan almarhum Sdr. Munaji. Pertandingan dilakukan di Ngawi. Pendekar itu dapat ditundukkan oleh Sdr. Munaji, lalu menjadi sahabat dan berjanji tidak akan mencoba-coba sdr. SH.
Seorang pemuda yang berbadan kuat (BOXER) pandai main silat dan berilmu kebathinan, datang di tempat latihan WINONGO; minta kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo supaya diperbolehkan bertanding dengan seorang dari SH yang dikehendakinya. Pemuda itu memilih Sdr, R.m. Moestejo. Mengapa ia memilih Sdr, R.m. Moestejo, karena beliau terkenal di kalangan murid2 OSVIA sebagai gembongnya OSVIA. (sekolah pamong praja).
Seperti biasanya Ki Ngabei Soerodiwiryo jikalau ada orang mencoba, supaya Sdr. dari SH mengemong terlebih dulu. Begitulah Sdr. R.M Moestejo dipesannya. Pertandingan terjadi dengan sengit. Segala serangan dari pemuda itu dapat dielakkan oleh Sdr. R.M. Moestejo. Tetapi serangan2 terus dilakukan sehingga Sdr. Moestejo kepepet. Oleh karena itu Sdr. Moestejo tidak lagi ngemong dan mambalas menyerang dengan sekali saja tendangan, maka pemuda itu jatuh. Pertandingan selesai dan dengan agak malu pemuda itu minta diri kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo dan sdr/.2 lainnya.
Sdr. Moestejo juga pernah dicoba oleh seorang pendekar asal pasundan. Percobaan ini dilakukan atas undangan supaya sdr.2 SH datang dirumahnya. Ki Ngabei Soerodiwiryo datang dengan beberapa orang sdr. SH diantaranya sdr. Moestejo. Seperti biasa Ki Ngabei Soerodiwiryo menyuruh pendekar itu memilih lawannya. Pendekar memilih sdr. Moestejo sebagai lawannya. Pertadingan terjadi dengan sengit. Waktu sdr. Moestejo mengelakkan pukulan dan tendangan lawan, badannya merasa lemas sebentar. Tetapi sdr. Moestejo segera ingat dan kuat kembali, lalu segera membalas menyerang dengan pukulan dan tendangan begitu hebat, sehingga pendekar itu jatuh dan tidak dapat menyerang lagi. Pendekar itu minta pertandingan dihentikan.
Setelah pencak silat SH untuk pertama kali dipertunjukkan di Pasar Malam tahun 1917, maka tiap hampir ada pasar malam, Panitya pasar malam minta sokongan pencak silat SH dan selalu disetujui oleh sdr.2 SH; dasar sdr.2 SH masih senang2-nya memperlihatkan permainannya. Sering pula sdr. SH Madiun melawat ke lain daerah atas undangan sdr. SH pada suatu resepsi atau lain2 keperluan.
Sesudah tahun 1930 panitya pasar malam mulai menyelenggarakan perlombaan2 pertandingan (kongkurs) pencak silat untuk merebut kejuaraan pasar malam. Selain di kota Madiun dalam pasar malam di kota lainpun diadakan perebutan kejuaraan pencak silat SH mengambil bagian dan selalu mendapat juara nomor satu. Jikalau ada suatu pasar malam dimana pencak silat SH (Winongo) tidak ambil bagian, maka pencak silat yang memakai kata SH pada nama perkumpulannya dan ambil bagian dalam perlombaan itu, itulah yang mendapat nilai terbaik.
Setelah beberapa kali ternyata selalu mendapat nilai terbaik dalam perlombaan2 yang diadakan di Malang dan lain kota, maka timbul suatu pikiran dari Ki Ngabei Soerodiwiryo supaya sdr.2 SH jangan lagi ambil bagian dalan perlombaan aliran melawan aliran lain, seorang lawan seorang, maupun yang bersifat demonstrasie.
Apakah kiranya ini akan dipegang teguh oleh sdr.2 SH generasi baru, sejarah SH selanjutnya yang akan menentukan. Sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo beberapa lama bertempat tinggal di Madiun dan persaudaraan SH sudah meluas ke beberapa daerah, maka untuk mempererat tali persaudaraan, diadakan peringatan hari ulang tahun persaudaraan SH, dijatuhkan pada tiap bulan ASYURA.
Begitupun di daerah lain, daerah2 kecil, juga mengadakan peringatan ulang tahun (Syura) disamping daerah2 itu mengutus beberapa sdr. SH ikut meramaikan peringatan sentral di WINONGO Madiun. Peringatan Syura sudah menjadi tradisi persaudaraan SH.
Peringatan Syura secara sentral ini dianggap penting artinya, karena suatu kesempatan bertemunya sdr.2 SH dari daerah2 besar maupun kecil dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo dan ibu yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri. Pula bertemunya sdr.2 dari daerah2 itu dengan sdr.2 dari Madiun yang menjadi saksi2 waktu sdr.2 dari daerah itu datang di Madiun untuk diterima menjadi sdr.2 SH dan sama-sama memikul SUMPAH atau JANJI yang sama pula.
Begitulah menjadi kebanggan sdr.2 SH karena janji dan sumpah SH ternyata dapat mempererat tali persaudaraan satu dengan lain2 sdr.2 SH, hingga persaudaraan SH sejak berdrinya tahun 1903 sampai buku ini ditulis dan disyahkan pada peringatan Syura ulang tahun ke-59 tidak atau belum pernah putus atau bubar.
Berhubung dengan salah satu janji SH yang mengharuskan sdr. SH jaga menjaga terhadap sesama sdr. SH yang baik lahir dan bathinnya di dunia sampai achirat, maka persaudaraan SH mempunyai semboyan "BISA MASUK TETAPI TIDAK BISA KELUAR".
Lain dari pada janji dan sumpah itu memang apa yang diajarkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo kepada sdr. SH, oleh sdr. SH dianggap bermanfaat dan cukup sebagai bekal hidupnya untuk keselamatan di dunia sampi achirat, mengenai pelajaran lahir maupun bathin.
Oleh karena persaudaraan SH tidak menggolongkan diri sebagai satu organisasi dan tidak mendaftarkan kepada pemerintah, tidak mempunyai anggaran dasar dan tidak mempunyai buku anggauta, maka pernyataan MASUK dan KELUAR tidak ada pembukuannya.
Pemerintah jajahan dan Republik Indonesia mengetahui bahwa pesaudaraan SH tidak mempunyai tuntutan apapun; politiek, ekonomie, maupun sosial kepada pemerintah atau kepada majikan2 dan masyarakat. Persaudaraan hanya mempunyai tuntutan kepada diri sendiri masing2 sdr. SH sanksi lahir wujud schorsing atau pemecatan tidak perlu ada. Pelanggaran terserah pada diri masing2 mereka.
Sdr.2 SH hanya berkewajiban memberi peringatan kepada sdr. yang terlihat melanggar. Jikalau peringatan2 diabaikan, maka akibatnya menjadi tanggung jawab sendiri.
Persaudaraan SH mendapat maksud dan tujuannya seharusnya berdiri netral. Walaupun keluarganya menganut bermacam-macam aliran politiek.
Pada tahun 1930 bahkan sebelumnya, pernah terjadi pemisahan2 oleh beberapa sdr. SH. Dinyatakan keluar tidak pad tempatnya, karena mereka berjanji dengan sumpah di dunia sampai achirat. Pemisahan2 ada yang dibicarakan lebih dulu di Winongo ada pula yang secara diam diam dan memberi pelajaran pencak silat kepada orang2 bukan saudara. Sebaliknya kalau mereka itu mencantumkan kata "SH" pada nama alirannya, maka mereka ikut menjaga nama baik penciptanya dengan cara meninggikan mutu pencak silatnya dan rasa persaudaraan seperti contohnya.
Setelah persaudaraan SH terkenal si seluruh tanah air, maka hari kesedihan bagi kalangan SH telah tiba, yaitu waktu wafatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo pada hari Jumaat Legi tanggal 10 Nopember 1944 dalam usia 68 tahun.
Setelah wafatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo timbul pikiran dalam kalangan persaudaraan SH siapa siapa antara saudara SH yang sudah mendapat wewenang menerima sdr.2 SH baru, yaitu yang sudah menerima ilmu kebathinan tingkat 3(tiga) (derde trap), tetapi yang juga dapat memimpin persaudaraan dalam segala hal, mempunyai kewibawaan, memberikan pelajaran pencak silat secukupnya.
Pertimbangan2 untuk mendapatkan seorang saudara guna memimpin persaudaraan SH seperti cara2 almarhum Ki Ngabei Soerodiwiryo hingga kini belum didapat. Oleh karena banyak permintaan untuk masuk menjadi sdr. SH masih ditunda pelaksanaannya, maka yang dianggap perlu ialah soal penerimaan sdr.2 SH baru.
Dalam satu musyawarah Syuran di Winongo telah diputuskan menerima kesanggupan dari beberapa sdr. SH 3de trappers (tingkat ke-tiga) untuk bertugas melakukan upacara penerimaan sdr.2 baru. Menurut keputusan, upacara penerimaan harus dilakukan di Winongo Madiun, karena keharusan sebelum calon diterima, harus berziarah ke makam Ki Ngabei Soerodiwiryo terlebih dulu.
Walaupun menurut keputusan para calon sdr. SH yang berada di luar Madiun boleh menunjuk dan minta diterima oleh sdr. 3de trappers di tempatnya masing masing, tetapi toh upacaranya harus dilakukan di Winongo Madiun, maka pelaksanaan keinginan calon itu menjadi sukar dan menambah biaya.
Oleh karena di Madiun ada seorang sdr. SH yang menyanggupkan diri untuk melakukan upacara penerimaan sdr. SH baru, maka permintaan menjadi sdr. SH langsung ditujukan ke badan musyawarah di Madiun dengan melewati badan Pertimbangan setempat yang menyertakan pertimbangannya.
Badan Musyawarah Persaudaraan SH Madiun membicarakan hal ini dengan saran sdr. berwenang, penerimaannya ditetapkan harinya, lalu jawaban dikirim kembali kepada Badan Pertimbangan setempat, selanjutnya dikabarkan kepada calon yang berkepentingan untuk menyiapkan keberangkatannya ke Madiun.
Putusan tersebut di atas yang mengenai upacara penerimaan sdr. SH harus di Madiun, sekarang sudah terasa tidak praktisnya demi kepentingan kelancaran perkembangan persaudaraan SH, terutama bagi calon2 yang jarak temapt tinggalnya jauh dari kota Madiun.
Putusan lain cara yang praktis sedang dalam pemikiran, mudah2-an waktunya akan segera tiba mendapatkan putusan yang sesuai kemajuan zamannya, mengingat pelajaran2 yang dianut oleh sdr. Dari persaudaraan SH sangat dibutuhkan oleh para pemuda yang tersebar di seluruh nusantara, antaranya anak-cucu dari sdr.2 SH sendiri.
O0o0o0o0o0o0o0o0o0
Buku peringatan ini disusun dari sumbangan2 keterangan beberapa sdr. SH secara tertulis dan secara lisan yang mereka dapat mendengar dari cerita alm. Ki Ngabei Soerodiwiryo sendiri dan pula dari pengalaman2 sdr.2 SH selama mereka menjadi keluarga persaudaraan Setya Hati.
Adapun nama2 sdr.2 SH tersebut adalah:
1. Sdr. Erlan - Bojonegoro (familie alm) 7. Soejono - Malang
2. Sdr. Noto Kasipu - Malang 8. Samsir - Malang
3. Sdr. Ramelan - Malang 9. Samsi - Magetan
4. Sdr. Moestejo - Malang 10. S. Hadisoebroto - Madiun
5. Soemarsono - Malang 11. Roeslan Ws. - Madiun
6. Soediman - Malang
Madiun, 1 Juni 1962
Penyusun:
Ttd
Roeslan Ws.
Kata Pengantar
Buku pringatan ini diperuntukkan bagi keluarga Persaudaraan Setia Hati (S.H.) chususnya dan pecinta SH pada umumnya. Buku ini ditulis dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
I. Maksud:
a. Sebagai peringatan dan penghargaan atas jasa-jasa Almarhum Bapak S.H. Ialah Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai pensipta pencipta pencak silat serta Ilmu Kebathinan yang dibuat pedoman mendirikan Persudaraan Setya Hati pada tahun 1903 M.
b. Guna bersama-sama mengetahui hal ichwal persaudaraan S.H. Terutama oleh para Sdr.2 baru yang masuknya di kalangan SH sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo wafat pada hari Jum'at Legi tanggal 10 November 1944 M (2604 Jepang).
II. Tujuan
a. Agar buku ini dapat dipergunakan sebagai pedoman di hari depan bagi para penerus Persaudaraan SH.
b. Pengharapan mudah-mudahan cita-cita Almarhum bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo yang suci dan luhur itu, sebagai jalan memperkembangkan membangun salah satu warisan Kebudayaan Nasional Nenek Moyang kita, hendaknya kita tidak dihindarkan, bahkan diperteguh, yaitu menggalang kerukunan lahir bathin sesama umat manusia, walaupun akan mungkin disesuaikan dengan kemajuan zamannya di hari depan.
Pendahuluan:
Sejak beberapa tahun yang lalu terasa oleh Keluarag Persaudaraan SH perlunya segera membuat buku peringatan tentang hal ichwal Persaudaraan SH. Sekarang waktunya telah tiba untuk menyusun buku peringatan ini guna menyongsong datangnya Ulang Tahun Persaudaraan SH yang ke-60.
Agar para pembaca mendapatkan perngertian dan gambaran yang agak lengkap maka buku ini ditulis dalam 3 pokok persoalan ya'ni:
Riwayat singkat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo didahului oleh silsilahnya Almarhum.
I. Sumber-sumber ilmu kebathinan dan pencak Silat yang dihimpun oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dan menjadi dasar berdirinya Persaudaraan Setya Hati (SH).
II. Sejarah perkambangan Setya Hati sejak berdirinya pada tahun 1903 M hingga sekarang.
Mudah-mudahan buku ini akan bermanfaat kiranya bagi para Saudara SH terutama bagi Saudara SH yang masuknya di kalangan Persaudaraan, sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo meninggalkan kita. Wafat pada tanggal 10 November 1944 M.
I. RIWAYAT SINGKAT HIDUP KI NGABEI SOERODIWIRYO.
A. SILSILAH.
Ki Ngabei Soerodiwiryo, nama kecilnya MAS MOHAMAD MASDAN, dilahirkan pada tahun 1876 M, putra sulung Ki Ngabei Soeromiharjo, mantri cacar di Ngimbang (Jombang).
Ki Ngabei Soeromiharjo, ayah Ki Ngabei Soerodiwiryo, mempunyai saudara bernama Mas Ngabei Soerodiprojo, semula Wedono Wonokromo, kemudian Wedono Sedayu-Lawas.
Ki Ngabei Soeromiharjo adalah saudara sepupu (nakdulur) dari RAA Soeronegoro, Bupati Kediri Almarhum. RAA Soeronegoro ini adalah keturunan Bupati Gresik (Jawa Timur).
Ki Ngabei Soerodiwiryo pun salah seorang keturunan BATORO KATONG yang dimakamkan di Ponorogo.
Ki Ngabei Soerodiwiryo kswin dengan ibu Sariyati Soerodiwiryo yang sekarang ini, pada tahun 1905 M di Surabaya. Ibu pada waktu itu berumur 17 tahun dan Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah berusia 29 tahun. Dari perkawinan ini lahir 5 (lima) orang anak, yaitu 3 putra dan 2 putri, tetapi kelima anak itu semua meninggal sewaktu masih kecil.
B. RIWAYAT HIDUP.
Pada tahun 1890 (usia 14 tahun) Ki Ngabei Soerodiwiryo lulus SR 4 tahun, kemudian diambil sebagai putra oleh pamannya ( Pak De), yaitu Mas Ki Ngabei Soemodiprojo - Wedono Wonokromo, kemudian Wedono Sedayu-Lawas.
Pada tahun 1891 (usia 15 tahun) Ki Ngabei Soerodiwiryo disuwitakan kepada seorang kontrolir BB dan diberi pekerjaan sebagai magang - jurutulis (volontair) - tidak bergaji. Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal serumah dengan Tuan Kontrolir di Jombang, mendapat pakaian dan makan. Beliau diserahi mengawasi (momong) putra Tuan Kontroloir yang masih kecil sesudah pulang dari kantor.
Di waktu istirahat pada sore hari Ki Ngabei Soerodiwiryo mengaji agama Islam di pondol Tebu Ireng (Jombang). Selain mempelajari Agama, beliau dengan teman-temannya belajar pencak silat pada beberapa orang guru pencak.
Pada tahun 1982 Tuan Kontrolir dipindah ke Bandung. Ki Ngabei Soerodiwiryo ikut pula ke Bandung dan di sana juga mendapat pekerjaan seperti di Jombang dan tetap bertempat tinggal di loji Kontroliran (tidak digaji, tetapi mendapat uang saku).
Di daerah Parahiangan inilah Ki Ngabei Soerodiwiryo berkesempatan menambah kepandaian pencak silat dari beberapa pendekar selama 1 (satu) tahun. Karena berbakat dan berkemauan keras serta dapat berpikir cepat, maka beliau dapat menghimpun bermacam-macam langkah permainan, misalnya permainan: Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibediyut, Cilamaya, Ciampea dan Sumedangan.
Pada tahun 1893 Tuan Kontrolir dipindah ke kota yang lebih besar lagi, ialah Betawi ( Jakarta). Ki Ngabei Soerodiwiryo turut pindah beserta keluarga kontrolir tadi dan tugasnya pun masih tetap sama seperti di Jombang dan di Bandung. Di Kota Betawi ini Tuan Kontrolir juga hanya tinggal satu tahun, tetapi Ki Ngabei Soerodiwiryo dapat mempergunakan waktu yang singkat ini untuk menambah pengetahuannya, antara lain permainan-permainan Betawen, Kwitangan, Monyetan, dan toya.
Pada tahun 1894 Tuan Kontrolir diangkat sebagai Wd. Asistent Resident di Bankahulu. Ki Ngabei Soerodiwiryo (usia 18 tahun) ikut serta pindah ke Bengkulen. Di daerah ini beliau dapat melihat permainan-permainan pencak silat yang gerak-gerakkannya menyerupai pencak-silat di Jawa-Barat.
Kurang lebih 6 bulan kemudian, pada tahun 1984 Tuan Kontrolir itu diangkat sebagai Asistent-Resident tetap dan dipindahkan ke kota Padang, Sumatra Barat. Ki Ngabei Soerodiwiryo ikut pula ke Padang. Oleh karena orang Asistent Resident berkedudukan tinggi dan berpengaruh, maka Ki Ngabei Soerodiwiryo diangkat sebagai pegawai, masuk daftar gaji, tetapi tetap sebagai magang jurutulis di kantor Asistent Resident dan tetap bertempat tinggal pada keluarga Assistent Resident, sambil mengawasi putra Assistent yang sudah agak besar itu.
Di daerah Padang dan sekitarnya inilah Ki Ngabei Soerodiwiryo dapat melihat dan mempergunakan kesempatan mempelajari pencak silat yang berbeda dengan permainan-permainan di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Di daerah Sumatra terkenal tiap-tiap kampung mempunyai perkumpulan2 pencak silat. Hampir kurang lebih dua tahun Ki Ngabei Soerodiwiryo di daerah ini mempelajari pencak silat dari beberapa perkumpulan berganti-ganti, hingga merasa puas.
Disamping belajar pencak silat, beliaupun mendapat pelajaran2 ilmu2 kebathinan.
a. Pertana ilmu kebathinan berdasar Ketuhanan
b. Kedua ilmu kebathinan yang menuju ke arah kerukunan bersama
Jika dapat memenuhi syarat-syarat dan janji2 kebathinan yang kedua inilah orang dapat mengharapkan perlindungan dari Tuhan YME: wejangan kebathinan pertama.
Pada suatu hari Tuan Assistent Resident memberitahukan kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo, bahwa ia akan segera berangkat dengan cuti menuju ke negeri Belanda. Pada waktu Tuan Assistent berangkat (tahun 1896), Ki Ngabei Soerodiwiryo (usia 20 tahun) masih ingin sementara waktu tinggal di Padang untuk menyelesaikan pelajaran2 pencak silat maupun ilmu kebthinan.
Selama di daerah Sumatra Barat ini beliau telah mempelajari permainan2 Minangkabau dan lain2 misalnya Permainan2:
Padang Pariaman, Padang Panjang, Padang Sidempuan, Padang Pesisir/Baru, Padang Sirante, Padang Alai, Fort de Kock, Alang Lawas, Linto, Solok, Singkarah atau Kuda Batak, Alang Sipai, Payakumbuh, Lubuk Sikaping, Kota Gadang, Maninjau, Airbangis dan Terlakan.
Salah seorang guru yang terbaik ialah yang bernama DATUK RAJO BATUAH. Datuk ini disamping mengajar pencak silat juga memberi wejangan2, yang oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo diberi nanma Tingkat II. Wejangan ini diberikan kepada saudara2 SH sesudah menerima wejangan I pada upacara penerimaan Saudara SH baru, setelah beberapa waktu kemudian.
Setelah merasa puas dapat memperkaya diri tentang hal kepandaian pencak silat dan ilmu kebathinan di daerah Sumatra Barat ini, Ki Ngabei Soerodiwiryo minta berhenti dari pekerjaannya pada tahun 1898 dan melanjutkan perantauannya menuju Aceh, Sumatra Utara dan bertempat tinggal pada adiknya yang bernama Sdr. Adi (Soeradi) yang bekerja pada jawatan Kereta Api. Di sini pun Ki Ngabei Soerodiwiryo mempelajari pencak silat dari seorang guru silat bernama TENGKU ACHMAD MULIA IBRAHIM. Permainan2 yang didapat ialah: Aceh Pantai, Kucingan, Binjai-Langsan, Simpangan, Trutung dll.
Disamping belajar pencak silat gaya Aceh, beliaupun mendapat wejangan2 kebathinan dari seorang keluarga Raja Bali yang diselong (diasingkan) di Aceh dan mempunyai sebutan: GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH, yang berdiam diri di Olehleh. Setelah itu beliau juga menerima wejangan kebathinan dari seorang guru bernama TJIK EEDOJO.
Dengan sabar dan tekun Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak merasa bosan mencari ilmu untuk diperbandingkan, yang dianggap baik dihimpun sebagai bekal hidupnya di dunia sampai achirat.
Achirnya, pada tahun 1900 M Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang menuju Betawi dan Bandung. Bagaimana cara penghidupannya tidak diterangkan. Pada bulan puasa 1902 beliau pulang ke Surabaya.
Kisah perantauan Ki Ngabei Soerodiwiryo tsb.diuraikan oleh beliau sendiri kepada beberapa saudara SH di waktu mereka berkunjung ke Winongo-Madiun untuk mendapat keterangan2 sumber2 kepandaian pencak silat maupun ilmu kebathinan.
Ki Ngabei Soerodiwiryo mendapat kepandaian2 pencak silat maupun ilmu kebathinan itu dengan susah payah dan kerap kali mendapat percobaan2 bertanding tidak saja dengan teman latihannya, tetapi juga dengan orang2 sombomg dsb. Ki Ngabei Soerodiwiryo memang seorang pemberani yang keras hati. Sebelum beliau mendapat ilmu2 kebathinan, beliau sering mendapat musuh dan terjadi perkelahian2 dengan sama2 mempergunakan pencak silat. Oleh karena beliau telah mempelajari pencak silat gaya Sumatra dengan baik dan ditambah pelajaran2 dari Jawa, maka beliau selalu selamat dan perkelahian2 tadi malah bermanfaat guna menambah pengalaman.
Sesudah beliau mendapat wejangan2 kebathinan, maka beliau mulai mengurangi melayani perkelahian2 yang sekira tidak sangat menyinggung perasaan. Dalam menerima ilmu kebathinan yang disertai pelajaran2 pencak silat, beliau harus berjanji untuk berbuat kebajikan2 yang diperkuat dengan sumpah.
Setelah Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Surabaya, beliau dapat pekerjaan sebagai polisi distrik Wonokromo.
Sebagai seorang anggauta polisi penjaga keamanan, beliau kerap kali mendapat ujian2. Beliau dapat menangkap orang tahanan yang melarikan diri sambil mengamuk orang2 yang dijumpai di jalan.
Beliau juga sering menangkap pencuri2 dan penjudi2 dadu. Kemudian beliau dipindah sebagai anggauta kepolisian di Surabaya. Di sini tugasnya lebih berat lagi. Kerap kali harus menenteramkan dan menangkap orang2 Madura yang berkelahi. Pernah juga dapat tugas menggerebeg sarang perjudian Tionghoa. Rumah perjudian yang berpagar tembok tinggi dapat beliau lalui dan kemudian dapat membuka pintu gerbangnya. Beliaulah yang mendahuui rombongan teman2-nya memasuki rumah judi itu. Salah seorang yang menjaga rumah perjudian itu menolak polisi memasuki rumah judi. Secara sombong jagoan itu akan melawan, tetapi achirnya dapat ditenteramkan dan ke-15 orang Tionghoa penjudi itu semua dapat dibelenggu dan digiring ke kantor polisi. Anggauta2 polisi teman beliau sama heran tentang keberanian Ki Ngabei Soerodiwiryo itu.
Oleh karena jasa beliau, maka beliau dinaikkan pangkat menjadi Mayor polisi dan ditempatkan di pos polisi Ujung. Di sini kerap kali beliau melakukan penangkapan2 orang2 Madura yang berjudi, pencuri2 barang2 gudang, juga menenteramkan pelaut2 Belanda yang membikin kerusuhan. Sekali terjadi perkelahian melawan pelaut Belanda yang bertubuh besar dan tinggi karena pelaut ini tidak suka disuruh pergi dari tempat yang dibuat rame2. Setelah pergulatan, pelaut itu dilemparkan ke sungai Kali Mas. Segera polisi lainnya menolong pelaut itu keluar dari air dan pergilah ia.
Pada waktu itu Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal di kampung Tambak Gringsing dan sesudah membentuk persaudaraan yang anggautanya disebut sebagai "SEDULUR TUNGGAL KECER" dan permainan pencak silatnya disebut "JOYO GENDILO". Persaudaraan ini dibentuk pada tahun 1903 M.
Pada tahun 1912 M Ki Ngabei Soerodiwiryo berhenti bekerja dari kepolisian, karena merasa kecewa - sering atasannya tidak menepati janji. Pada tahun 1912 itu masa berkobarnya Pergerakan Sarekat Dagang Islam yang diplopori oleh Kiyahi Haji Samanhudi dari Solo, yang kemudian menjelma menjadi SAREKAT ISLAM dibawah pimpinan HOS Cokroaminoto cs. Mungkin mengingat pergerakan2 yang sedang berkobar kobar dan mengingat pula Ki Ngabei Soerodiwiryo pernah melempar pelaut Belanda ke sungai dan ditambah pula beliau pernah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembele diri dan diingat pula beliau adalah seorang pemberani, maka fihak Belanda menaruh curiga terhadap Ki Ngabei Soerodiwiryo.
Mengingat suasana yang tidak menyenangkan ini di kota Surabaya, maka pada tahun 1912 beliau pergi ke Tegal dan bertempat tinggal di rumah seorang keluarga sdr. Suryo Apuk yang menjabat sebagai opzichter Irigasi. Di Tegal beliau tidak bekerja dan hanya membantu keamanannya opzichter itu.
Pada tahun 1914 beliau mendapat surat dari Sdr.2 Tunggal Kecer di Surabaya untuk dicarikan pekerjaan pada Djawatan Kereta Api. Setibanya di Surabaya beliau terus bekerja di Kali Mas. Tetapi setelah bekerja selama k.l. satu tahun, pada tahun 1915 beliau dipindah ke bengkel K.A. Madiun. Kepindahan ini mungkin karena polisi P.I.D. (intel politiek) Surabaya tidak menginginkan Ki Ngabei Soerodiwiryo berada di daerahnya.
Di kota Madiun ini Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak tinggal diam. Beliau mengajar pencak silat dengan memakai nama seperti di Surabaya, tetapi pada tahun 1917 nama persaudaraan disesuaikan dengan keadaan zaman dan diganti namanya menjadi persaudaraan "SETYA HATI", disingkat S.H., dan nama itu tetap dipakai sampai sekarang ini.
Riwayat singkat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo ini hanya sampai pada achir tahun 1944, karena Bapak SH Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Rachmattullah pada hari Jumaat Legi 10 Nopember 1944 di desa Winongo Madiun dalam usia 68 tahun, setelah menderita penyakit asma beberapa tahun lamanya.
Ki Ngabei Soerodiwiryo berhenti dari jabatan Negeri dengan hal pensiun pada achir tahun 1933 hingga beliau hidup dari pensiunnya selama 11 tahun. Ibu Soerodiwiryo yang waktu kawin dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo baru berusia 17 tahun, sekarang telah berusia 74 tahun dan menerima pensiun janda. (Kini sudah wafat).
Rumah milik Ki Ngabei Soerodiwiryo dan Ibu, sebelum wafatnya, Bapak memberi pesan kepada Ibu Sdr/i SH di Madiun , jika Bapak wafat sewaktu-waktu maka rumah dan miliknya akan diwakafkan kepada Persaudaraan Setya Hati. Atas keridlaan Ibu dan Sdr. Wongsoharjo (adik Ki Ngabei Soerodiwiryo) dengan sekedar kerugian rumah menjadi milik dari Persaudaraan "SETYA HATI" dengan perjanjian, bahwa Ibu selama masih hidup harus tetap tinggal di Panti SH Winongo itu.
Oleh karena itu Persaudaraan SH merasa wajib memelihara dan menjaga keselamatan Ibu yang dianggap sebagai Ibu SH pengganti Bapak Ki Ngabei Soerodiwiryo.
II. SUMBER ILMU KEBATHINAN DAN ILMU PENCAK SILAT YANG DIHIMPUN OLEH KI NGABEI SURODIWIRYO
Walaupun sumber2 kepandaian Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagian besar telah disebut pada riwayat hidupnya, tetapi perlu disusun pula sari-sari kepandaian Ilmu Kebathinan dan Pencak Silat yang dipergunakan sebagai dasar pemberian pelajaran2 kepada Keluarga Persaudaraan SH sebagai berikut:
KEBATHINAN:
Pertama: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah asal dari Bali, yang bertempat tinggal di Olehleh (Aceh). Didapat wejangan2 Ilmu Kebathinan yang oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat2 pada penerimaan Saudara SH Baru, berujud: air kecer, kain putih, lambang2 "L2 uang", lambang ketengan (uang yang bernilai paling rendah). Di zaman kemerdekaan ini ketengan2 diganti dengan uang RI yang terendah nilainya, makna hari dan pada tubuh dan letak kekuatan bagian tubuh tiap tiap hari. Pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN PERTAMA (trap pertama).
Kedua: Dari DATUK RAJO BATUAH didapat wejangan Ilmu Kebathinan berujud 2 (dua) buah kalimat rafal yang bermaksud menyandarkan diri kepada ALLAH dan RASULNYA agar diri atau tubuh terhindar dari segala bahaya. Dua kalimat rafal dari Datuk Rajo Batuah ini diajarkan kepada saudara2 SH sebagai WEJANGAN TINGKAT KEDUA (trap kedua). Wejangan tingkat kedua mengandung tiga kalimat rafal. Adapun kalimat ketiga yaitu rafal ketiga didapat dari RAA Soeronegoro, Bupati Kediri yang meninggal dunia pada tahun 1916 M. Dari Bupati Kediri ini selain mendapat rafal tsb.diatas, didapat juga coretan gaib. Sebelum membuat coretan gaib ini, orang harus berpuasa (tidak makan dan tidak minum) dan juga puasa membisu (tidak bicara).Jika para pembaca ingin menyaksikan coretan gaib itu, maka kami persilahkan datang di pendopo kabupaten Kediri dan mengamat amati ukir-ukiran pada ompak (alas) 4 soko (tiang) guru pendopo kabupaten itu. Coretan gaib ini tidak termasuk wejangan tingkat dua (trap kedua) dan hanya diberikan kepada mereka yang selalu mendekati beliau dan minta tambahan2 dengan syarat sanggup memenuhi cara memenuhi cara menulisnya dan membuatnya.
Ketiga: Dari Gusti Kenanga Mangga Tengah selain mendapat wejangan tingkat pertama (trap kesatu) diterima juga wejangan2 untuk tingkat ketiga (trap ketiga), ialah wejangan yang tertinggi bagi saudara2 SH. Belum semua saudara SH menerima wejangan ini, karena syarat2-nya memang agak sukar didapat. Saudara2 yang sudah dapat 3 wejangan2 lengkap tsb. di atas itu, sudah diberi wewenang untuk mengecer saudara2 SH baru (menerima saudara2 SH baru secara Ki Ngabei Soerodiwiryo menerimanya).
PENCAK SILAT:
Salah seorang guru pencak silat yang dianggap terbaik permainannya disamping memberi wejangan2 dua kalimat rafal tersebut di atas, ialah DATUK RAJO BATUAH dari Sumatra Barat. Nama Datuk Rajo Batuah selalu diperingati pada tiap2 selamatan upacara penerimaan saudara SH baru. Lain2 guru dan pendekar tidak disebut namanya pada selamatan itu , tetapi beberapa permainan yang dianggap penting selalu diperingati dengan selamatan pada upacara itu.
Selain memperingati permainan2 yang akan dipelajari tiap2 saudara S.H. Pada selamatan itu harus pula memperingati asal mula terjadinya sebagai manusia dan letak berdiamnya di bumi ini.
Peringatan terachir ini tidak hanya pada waktu upacara penerimaan saja, tetapi tiap2 berhajat apa saja atau latihan2 supaya tidak lupa ingat asal mulanya terjadi. Pada waktu2 berlatih sambung diwujudkan dengan "ULUK SALAM".
Upacara selamatan dimaksud agar saudara SH yang mempunyai hajat itu memperingati awal mulanya hidup di dunia ini; kedua ialah supaya mendapat restu dan perkenan menerima wejangan2 ilmu kebathinan dan pelajaran permainan pencak silat guna dapat mengelakkan segala bahaya.
Kejujuran Ki Ngabei Soerodiwiryo yang selalu dibuktikan ialah, bahwa beliau selalu tidak melupakan jasa-jasa guru2-nya. Pada waktu2 memberikan pelajaran silat selalu ditegaskan bahwa tegak2 (stand) atau langkah2 dan gerakan2 tangan yang diajarkan itu didapat dari pendekar A atau B, dan permainan2 dari daerah C atau D dan begitu seterusnya. Demikian juga halnya dengan ilmu kebathinannya.
Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak melarang saudara SH berguru pada lain peguron ilmu kebathinan ataupun lain pendekar pencak.
Tetapi beliau sendiri dikalangan Persaudaraan SH tidak suka disebut sebagai GURU, melainkan minta supaya disebut Saudara tertua saja. Menurut keterangan beliau sendiri, bahwa dalam mencari kepandaian pencak silat, beliau berlandaskan KEMAUAN KERAS DAN SANGAT BERANI. Oleh karena itu beliau banyak sekali mendapat percobaan2 dan ujian2 berupa perkelahian2 dengan orang2 yang mengejek padanya atau hanya ingin adu kepandaian, tetapi beliau selalu dapat mengatasi baik di Jawa Barat maupun di Sumatra.
Setelah beliau merasa sudah cukup mempelajari pencak silat yang beraneka ragam di Jawa Barat maupun di Sumatra, pula sudah mendapat wejangan2 ilmu2 kebathinan, maka beliau dapat merobah cara berfikirnya. Beliau tidak lagi melayani percobaan2 atau ejekan2 yang sekira tidak akan sangat merugikan nama baiknya.
UBO-TAMPE SELAMATAN UPACARA PENERIMAAN SAUDARA S.H. BARU
Adalah sebagai berikut:
1. Bucang - memperingati Baginda Ilyas
2. Pisang rojo ayu setangkep - permainan Rajo Batuah.
3. Ingkung panggang - permainan Cimande.
4. Nasi gurih - permainan Tanah Baru Padang Pasir.
5. Nasi golong - permainan Bungus Tjiampea.
6. Arang-arang kambang - permainan ampang.
7. Klepon - permainan Cibeduyut campur Padang Alai.
8. Jenang sengkolo.
9. Kembang telon.
Adapun sumber2 permainan pencak silat SH asalnya telah diuraikan pada riwayat hidup Ki Ngabei Soerodiwiryo di muka. Dari sumber2 itu oleh beliau diambil sari-sarinya dan dicampur dengan teliti berdasarkan pengalaman2 sambung latihan, percobaan2 dari lain aliran atau dari perkelahian2. Hasil dari pengambilan sari-sari yang dicampur dan diubah secara teliti itulah ysng memungkinkan beliau menciptakan beberapa jurus pencak yang digunakan sebagai dasar permainan SILAT SETYA HATI.
ASAL ATAU NAMA JURUS PENCAK DASAR SH ADALAH SEBAGAI DI BAWAH INI (CARA MENGERJAKANNYA TIDAK DITULIS DI SINI)
1. Betawen I.
2. Betawen II.
3. Cimande I.
4. Cimande II.
5. Cikalong (slewah)
6. Ciampea I (besutan)
7. Ciampea II (krawelan)
8. Tanah Baru I (slewah)
9. Tanah Baru II.
10. Permainan Tionghoa
monyetan.
11. Cimande III (keletan)
12. Cimande IV, seperti ll. tambah beberapa tegak
13. Cimande V.
14. Cibeduyut dengan toya.
15. Padang Panjang I.
16. Padang Pandjang II.
17. Cipetir.
18. Padang Siranti.
19. Sumedangan I.
20. Sumedangan II.
21. Linthau.
22. Cimande VI.
23. Alang Lawas I.
24. Alang Lawas II.
25. Minangkabau I Kucingan.
26. Solok Minangkabau II
27. Cibeduyut.
28. Cimande VII.
29. Terlakan Monyetan-tukang
(tidak diajarkan)
30. Padang Alai I.
31. Padang Alai II.
32. Fort de Kock.
33. Padang Alai III.
34. Padang Alai IV.
35. Kuda Batak.
36. Sipai Minangkabau III.(blirik)
Oleh karena bukan maksud buku peringatan ini untuk dapat digunakan sebagai buku pelajaran pencak silat, maka di sini tidak ditulis bagaimana wujud dan acara mengerjakan jurus-jurus itu.
Jurus 29 sengaja tidak diajarkan kepada sdr.2 SH, karena Ki Ngabei Soerodiwiryo waktu mendapat jurus ini oleh gurunya diharuskan bersumpah lagi lebih berat, hingga beliau tidak mau dianggap tidak bertanggung jawab akan sumpahnya. Jurus itu hanya akan digunakan mengenai soal2 yang sudah diputuskan harus dibela sampai lawan mati dengan tidak menghiraukan apa akibatnya atau diri sendiri harus mati.
Inilah sebabnya mengapa Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak memberikan jurus 29 kepada sdr. SH. Jadi sdr. SH mendapat pelajaran 35 macam jurus secara lengkap sebagai dasar mempelajari pencak SH.
Seperti umumnya achli2 pencak silat mengerti bahwa tiap2 jurus terdiri atas beberapa tegak (stand). Untuk mewujudkan tegak2 itu harus dilaksanakan langkah2 kaki dan menggerakkan tangan dari tegak yang satu menjadi tegak yang lain. Oleh karena itu maka 35 jurus SH tadi terdiri atas ratusan tegak2 yang dijadikan dasar pelajaran silat SH.
Untuk belajar silat harus terlebih dahulu mahir tentang jurus dan disamping itu pandai cepat berfikir, licin, lemas, tangkas dan berani. Selanjutnya harus mempelajari perubahan dari tegak kesekian dari jurus sian menjadi tegak sekian dari jurus lain. Setelah selesai merangkaikan ratusan macam tegak2 itu dalam latihan bersambung, tinggal melihat sikap lawan.
Di dalam sambung jurus tidak lagi menjadi pikiran, tetapi tegak2-nya yang harus dikerjakan. Untuk bermain pencak silat secara baik, maka orang perlu mempunyai kepandaian berfikir cepat agar segera mengerti gelagat lawan.
Ki Ngabei Soerodiwiryo almarhun dalam hal pencak silat ternyata adalah oknum yang mempunyai syarat-syarat cukup, misalnya: bakat - dapat berpikir cepat - keberanian - kesehatan waktu mudanya - dan berlatih terus menerus. Sejak mudanya sampai pada wafatnya terus menerus berlatih. Waktu mudanya mencari pencak silat untuk diri sendiri dengan jalan berlatih, setelah mahir lalu memberi pelajaran kepada saudara2 SH yang berarti berlatih terus menerus. Dari pengalaman2 sudah dapat dikatakan, bahwa misalnya sepasang pemain pencak silat dari satu aliran yang sama2 mahirnya, tetapi seorang lebih tegap dan besar badannya, maka yang kecil itulah yang biasanya akan kalah walaupun mahir pencak silatnya.
III. SEJARAH PERKEMBANGAN PERSAUDARAAN "SETYA HATI" (SH)
Persaudaraan SH didirikan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo pada tahun 1903 di Surabaya, 1 tahun setelah beliau pulang dari perantauannya dari Jawa Barat dan Sumatra, yang berlangsung kurang lebih 10 (sepuluh) tahun. Waktu Persaudaraan didirikan, keluarga Persaudaraan disebut "SEDULUR TUNGGAL KECER". Istilah KECER diambil dari wujudnya syarat yang terpenting ialah: "AIR KECER" yang diberikan kepada Saudara baru. Air kecer ini setelah diberi isi, secara chidmad oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo diberikan kepada Saudara baru untuk sedikit diminum dan sisanya diborehkan:
1. Dari jidat melalui kepala sampai leher belakang.
2. Kedua mata.
3. Kedua telinga.
4. Kedua tangan dari atas siku sampai ujung jari.
Pada waktu itu Ki Ngabei Soerodiwiryo bertempat tinggal di kampung Tambak gringsing dan bekerja sebagai polisi kota Surabaya. Pada awal berdirinya persaudaraan "SEDULUR TUNGGAL KECER", baru ada 8 (delapan) orang keluarga. Yang terdahulu adalah Sdr. Noto Gunari, adik Ki Ngabei Soerodiwiryo dan saudara KNEVEL, seorang indo belanda. Persaudaraan "STK" mulai dikenal oleh masyarakat Surabaya, terutama diperhatikan oleh para pendekar dan para penggemar pencak silat.
Pada zaman itu orang2 darah panas tidak rela kalau ada orang lain yang dianggap saingannya. Oleh karena demikian maka Ki Ngabei Soerodiwiryo mulai menerima tantangan2 untuk tukar kepandaian pencak silat. Sebenarnya beliau ingat akan petuah2 dari gurunya supaya tidak melayani soal soal yang tidak penting. Tetapi terdorong sdr.2 muda "STK" maka beliau terpaksa menerima juga tantangan2. Mula2 dari ahli2 silat Surabaya aliran SEPANJANG, JOSREMO. Karena Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah mempelajari banyak aliran dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatra, maka dengan mudah mereka itu dikalahkan. Menerima pula tantangan dari orang masinis K A dari Cirebon. Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah dapat menggambarkan permainan dari masinis itu yaitu pencak silat dari Jawa Barat. Masinis badannya kuat dan tegap. Pertandingan sangat ramai, serangan2 berkali kali dielakkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo. Masinis kebingungan lalu menangkap Ki Ngabei Soerodiwiryo yang seolah olah memberikan badannya, tetapi ketika akan dibanting, Ki Ngabei Soerodiwiryo mencekek lehernya masinis kuat kuat. Karena merasa sakit bantingan tidak terjadi lalu janggutnya ditindaskan pada jari2 yang mencekek lehernya. Jari2 Ki Ngabei Soerodiwiryo dengan cepat digeser ke pipinya masinis kanan kiri, arah tengah2 gigi atas bawah sambil ditempeleng kepalanya. Ikat kepala masinis jatuh dan mulut merasa sangat sakit, maka pertandingan bubar, setelah dilepaskan tangkapan badan yang tidak manfaat. Ki Ngabei Soerodiwiryo dalam pertandingan ini tidak melakukan serangan kaki maupun tangan, tetapi hanya berusaha dan berhasil mengelakkan serangan2 lawan. Baru setelah lawan menangkap badan, secepatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo menancapkan kukunya ke leher lawan, salah satu tempat yang lemah dari tubuh manusia, lalu jari2 dipindah ke pipi.. Singkatnya dari kelicinan langkah elakan serangan2 achirnya pertandingan cukup diselesaikan dengan kuku dan jari2 tengah kiri saja.
Ki Ngabei Soerodiwiryo semakin terkenal pencak silatnya di kalangan terpelajar. Persaudaraan STK bertambah keluarganya.
Pada suatu hari Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai polisi kota mendapat tugas menggerebeg suatu tempat perjudian Tionghoa disertai beberapa teman polisi lainnya. 15 orang Tionghoa melihat adanya penggerebegan yang dipimpin oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo tidak lari bahkan menyerah diri dengan bukti2-nya. Ke-15 orang Tionghoa digiring ke kantor polisi diserahkan urusannya kepada yang berwajib. Banyak sekali perkelahian2 orang Madura yang ditenteramkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo.
Karena banyak jasa2-nya kepada kepolisian, maka Ki Ngabei Soerodiwiryo dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Polisi dan ditempatkan di pos polisi Ujung. Yang penting perlu diuraikan di sini ialah Ki Ngabei Soerodiwiryo pernah sekali bertengkar mulut dengan seorang pelaut Belanda yang tidak mau mentaati peraturan. Pertengkaran mulut beralih ke perkelahian; karena keuletan Ki Ngabei Soerodiwiryo belanda yang bertubuh tinggi besar itu dapat terlempar ke dalam Kali Mas.
Pada tahun 1905, seorang pemuda berbadan tegap bernama RM APUK anak seorang kaya di Surabaya, pandai pencak silat aliran Surabaya lama, ingin sekali mencoba Ki Ngabei Soerodiwiryo. Ia dilayani maksudnya, tetapi ternyata secara mudah dapat dikalahkan. RM Apuk seorang pemuda keras hati merasa malu atas kekalahannya itu. Maka diam2 mengambil uang ibunya k.l. F. 9.000,- guna bekal ke Jawa Barat untuk belajar pencak silat. Ia berkata kepada teman2-nya diantaranya sdr.2 STK, kalau ia kembali dari Jawa Barat dan masih kalah lagi pencak dari Ki Ngabei Soerodiwiryo, maka ia akan masuk menjadi keluarga STK.
3 Tahun lamanya RM Apuk belajar pencak silat di daerah Priangan. Setelah ia merasa mahir sekali, ia pulang ke Surabaya dan menantang lagi Ki Ngabei Soerodiwiryo; ia dilayani pula. Ki Ngabei Soerodiwiryo sudah dapat menggambarkan apa alirannya. Sebaliknya RM Apuk tidak tahu benar berapa macam aliran pencak silatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo. Pertandingan terjadi seru dengan disaksikan oleh banyak orang antaranya beberapa STK. RM Apuk berbadan tegap, sebaliknya Ki Ngabei Soerodiwiryo berbadam kecil sampai dipepetkan di bawah jendela yang terbuka. RM Apuk berkata keras: "Ayo bergerak". Baru saja ia selesai berkata "bergerak" dengan tidak sadar ia sudah terlempar keluar jendela. RM Apuk, seorang pemuda pelajar HBS yang sportif dan konsekwen, dengan segera ia berjabatan tangan dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo dengan ucapan: "saya mulai sekarang minta masuk menjadi keluarga STK". Ini terjadi pada tahun 1908. Kejadian ini diutarakan sendiri oleh RM Apuk pada waktu ia pulang dari hukuman di Cipinang Jakarta, dan sementara tinggal serumah dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo di Winongo - Madiun. Ia dihukum karena menembak mati seorang Indo Belanda di Mojokerto yang mau menodai adik perempuannya.
Pada tahun 1912 ramai2-nya pergerakan SI (Sarekat Islam) di Surabaya dan terkenalnya Ki Ngabei Soerodiwiryo dikalangan rakyat terpelajar, terutama pencak silatnya. Pula pernah berani melempar seorang pelaut Belanda di sungai Kali Mas, maka polisi belanda (bagian PID-nya) menaruh curiga terhadap Ki Ngabei Soerodiwiryo sebagai alat negara penjajahan. Kecurigaan ini dimengerti oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo. Oleh karena perasaan tidak tentram, maka beliau minta berhenti dari dinas kepolisian dan pergi ke Tegal atas petunjuk RM Apuk. Di Tegal beliau membantu pamannya Sdr. Apuk yang menjadi opzichter Irigasi. Setelah 2 tahun Ki Ngabei Soerodiwiryo tinggal di Tegal dan tidak mendapatkan pekerjaan yang tetap, maka beliau menerima surat dari STK Surabaya yang meminta supaya beliau pulang saja ke Surabaya dan akan dicarikan pekerjaan pada Jawatan Kereta Api.
Pada tahun 1914 Ki Ngabei Soerodiwiryo pulang ke Surabaya; beliau mendapat pekerjaan pada DKA di Kalimas. STK tambah lagi keluarganya. Dalam tahun 1914 itu timbulnya perang dunia pertama. Belanda menyiapkan angkatan perangnya. Barisan2 tiap hari menuju ke pangkalan laut Ujung (Penyusun Buku ini pada tahun 1914 berada di Surabaya hingga tahun 1918). Tetapi tidak tahu tentang adanya STK. Dalam keadaan demikian Belanda tentu sangat waspada terhadap gerakan2 penduduk. Dengan tidak mengetahui jelas apa sebabnya, maka pada tahun 1915 Ki Ngabei Soerodiwiryo dipindahkan ke bengkel DKA kota MADIUN. Beliau mula2 bertempat tinggal di kampung Prajuritan. Beliau tidak bisa terlalu lama tidak bermain pencak silat. Maka beliau mulai mengajar pencak silat kepada orang2 yang memang menginginkannya. Mula2 tidak memakai syarat2 pencalonan. Tetapi harus berjanji dan sumpah beserta membawa syarat2 : kain putih, sirih, kemenyan dan uang ketengan sejumlah 15 buah, pula uang bernilai 12 "uang".
Pada permulaan tahun 1917 banyak saudara2 dari bengkel KA dan pegawai Topografische dienst (brigade) minta pelajaran pencak silat, maka dibentuk persaudaraan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo yang diberi nama: "JOYO GENDILO CIPTO MULYO" atas persetujuan para keluarga persaudaraan. Sebelum saudara2 ini diterima menjadi keluarga persaudaraan, mereka tidak mengira bajwa Ki Ngabei Soerodiwiryo akan memberi juga ilmu kebathinan disamping memberi pelajaran pencak silat.
Ilmu kebathinan yang diberikan adalah sesuai dengan pemberian pelajaran pencak silat sebagai alat pembelaan diri. Artinya bukan hanya ilmu mengelakkan bahaya secara lahir, tetapi juga secara bathin. Tidak lama Ki Ngabei Soerodiwiryo berumah di kampung Prajuritan, lalu pindah ke WINONGO.
Ketika pada tahun 1917 di Madiun diadakan pasar malam, untuk pertama kali Persaudaraan JOYO GENDILO CIPTO MULYO diminta oleh panitia Pasar Malam untuk memberikan sumbangan permainan pencak silat di pasar malam itu. Di Pasar Malam dipasang papan nama "JOYO GENDILO CIPTO MULYO", yang dibuat oleh Sdr.2 Ramelan cs. Baru pertama kali ini permainan pencak silat diperlihatkan dalam pasar malam di alun-alun Madiun. Para pemain memperlihatkan gerakan2 aliran Minangkabau yang menarik dengan serangan2 kaki yang hebat2 dan elakane yang tepat secara sungguh sungguh.
Sehabis pasar malam itu pencak silat Soerodiwiryo Winongo terkenal luas, tidak hanya dalam kota Madiun, tetapi sampai ke luar karesidenan Madiun. Banyak saudara2 pegawai dan para siswa OSVIA dan MULO yang minta masuk Persaudaraan. Atas pertimbangan para saudara, nama JOYO GENDILO CIPTO MULYO diganti dengan PERSAUDARAAN SETYA HATI, dengan singkatan SH. Ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan ilmu kebathinan yang suci dan yang diperlengkapi dengan pelajaran pencak silat.
Latihan2 diadakan di rumah Ki Ngabei Soerodiwiryo tiap hari Minggu pagi sampai siang. Ki Ngabei Soerodiwiryo waktu itu baru berusia 41 (empat puluh satu) tahun. Beliau memberikan pelajaran2 dengan tidak merasa lelah, berganti ganti memberikan pelajaran jurus dengan pecahannya kepada saudara2 baru, memberi pelajaran "jalan" kepada saudara2 yang sudah menyelesaikan pelajaran jurusnya, yaitu pelajaran memindah-mindahkan tegak2 (stand) jurus yang satu ke tegak2 jurus yang lain. Memberi pelajaran "jalan" atau "langkah" tidak bisa dilakukan lebih dari seorang berganti-ganti. Saudara2 yang sudah mendapat pelajaran "jalan" atau "langkah", baru mereka diberi pelajaran bersambung silat, orang melawan seorang.
Belajar bersambung silat mempergunakan hatsil dari pelajaran jurus dan pelajaran "langkah", atau jalan yang masih bersifat meniru jalan langkah kaki dan gerakan2 tangan si pengajar. Pelajaran bersambung silat, masing2 harus mencari akal sendiri menurut kepandaian jurus dan memindah-mindahkannya dengan melihat sikap tegak (stand) lawan.
Jadi pelajaran pencak silat SH ada 3 (tiga) pokok pelajaran, yaitu:
1. Pelajaran 35 jurus yang masing2 terdiri atas beberapa tegak (stand).
2. Pelajaran emmindah-mindahkan tegak2 dari suatu jurus ke tegak2 jurus lain.
3. Pelajaran bersambung silat.
Dari keterngan2 tersebut di atas dapat diterangkan tafsiran untuk istilah 2 pencak dan silat atau bersilat.
Pencak silat ialah gerakan2 yang dapat ditiru, ditulis, maupun digambar, mitsalnya orang yang sedang melakukan jurus dapat ditulis dan digambar. Begitupun mencapur jurus yaitu meindah-mindahkan tegak2 jurus yang lain. Kedua macam pelajaran tersebut (1 dan 2) dapat ditiru, ditulis, dan digambar, bahkan dapat digunakan berolahraga perorangan ataupun secara massaal.
Siat ialah gerakan2 pertandingan atau perkelahhian yang dilakukan dari hatsil tiruan2 pelajaran pecahan jurus dan pelajaran memindahkan tegak2 jurus, tetapi tidak dapat ditulis atau digambar untuk dipelajarkan. Pelajaran silat dapat diberikan secara teori dengan lisan, tetapi cara mempraktekkannya tergantung pada pelajarnya.
Untuk dapat mahir pencak silat, pelajar harus mempunyai syarat2 sebagai berikut:
1. Bakat
2. Kecakapan berpikir cepat.
3. Berani sakit dalam berlatih.
4. Kesehatan baik.
5. Berlatih terus menerus dengan hati jujur.
Perkembanagn pencak silat SH menjadi lebih pesat karena datangnya permintaan menjadi saudara SH dari Surabaya, Malang, Kediri, Semarang, Solo, dll. kota besar dan kecil.
Di Madiunpun seperti di Surabaya terjadi tukar menukar kepandaian pencak silat SH dengan pendekar dan perorangan, yang terang ialah bernmaksud mencoba secara damai seberapa mutu silat SH itu.
Seorang pendekar pernah bertanding secara damai dengan almarhum Sdr. Munaji. Pertandingan dilakukan di Ngawi. Pendekar itu dapat ditundukkan oleh Sdr. Munaji, lalu menjadi sahabat dan berjanji tidak akan mencoba-coba sdr. SH.
Seorang pemuda yang berbadan kuat (BOXER) pandai main silat dan berilmu kebathinan, datang di tempat latihan WINONGO; minta kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo supaya diperbolehkan bertanding dengan seorang dari SH yang dikehendakinya. Pemuda itu memilih Sdr, R.m. Moestejo. Mengapa ia memilih Sdr, R.m. Moestejo, karena beliau terkenal di kalangan murid2 OSVIA sebagai gembongnya OSVIA. (sekolah pamong praja).
Seperti biasanya Ki Ngabei Soerodiwiryo jikalau ada orang mencoba, supaya Sdr. dari SH mengemong terlebih dulu. Begitulah Sdr. R.M Moestejo dipesannya. Pertandingan terjadi dengan sengit. Segala serangan dari pemuda itu dapat dielakkan oleh Sdr. R.M. Moestejo. Tetapi serangan2 terus dilakukan sehingga Sdr. Moestejo kepepet. Oleh karena itu Sdr. Moestejo tidak lagi ngemong dan mambalas menyerang dengan sekali saja tendangan, maka pemuda itu jatuh. Pertandingan selesai dan dengan agak malu pemuda itu minta diri kepada Ki Ngabei Soerodiwiryo dan sdr/.2 lainnya.
Sdr. Moestejo juga pernah dicoba oleh seorang pendekar asal pasundan. Percobaan ini dilakukan atas undangan supaya sdr.2 SH datang dirumahnya. Ki Ngabei Soerodiwiryo datang dengan beberapa orang sdr. SH diantaranya sdr. Moestejo. Seperti biasa Ki Ngabei Soerodiwiryo menyuruh pendekar itu memilih lawannya. Pendekar memilih sdr. Moestejo sebagai lawannya. Pertadingan terjadi dengan sengit. Waktu sdr. Moestejo mengelakkan pukulan dan tendangan lawan, badannya merasa lemas sebentar. Tetapi sdr. Moestejo segera ingat dan kuat kembali, lalu segera membalas menyerang dengan pukulan dan tendangan begitu hebat, sehingga pendekar itu jatuh dan tidak dapat menyerang lagi. Pendekar itu minta pertandingan dihentikan.
Setelah pencak silat SH untuk pertama kali dipertunjukkan di Pasar Malam tahun 1917, maka tiap hampir ada pasar malam, Panitya pasar malam minta sokongan pencak silat SH dan selalu disetujui oleh sdr.2 SH; dasar sdr.2 SH masih senang2-nya memperlihatkan permainannya. Sering pula sdr. SH Madiun melawat ke lain daerah atas undangan sdr. SH pada suatu resepsi atau lain2 keperluan.
Sesudah tahun 1930 panitya pasar malam mulai menyelenggarakan perlombaan2 pertandingan (kongkurs) pencak silat untuk merebut kejuaraan pasar malam. Selain di kota Madiun dalam pasar malam di kota lainpun diadakan perebutan kejuaraan pencak silat SH mengambil bagian dan selalu mendapat juara nomor satu. Jikalau ada suatu pasar malam dimana pencak silat SH (Winongo) tidak ambil bagian, maka pencak silat yang memakai kata SH pada nama perkumpulannya dan ambil bagian dalam perlombaan itu, itulah yang mendapat nilai terbaik.
Setelah beberapa kali ternyata selalu mendapat nilai terbaik dalam perlombaan2 yang diadakan di Malang dan lain kota, maka timbul suatu pikiran dari Ki Ngabei Soerodiwiryo supaya sdr.2 SH jangan lagi ambil bagian dalan perlombaan aliran melawan aliran lain, seorang lawan seorang, maupun yang bersifat demonstrasie.
Apakah kiranya ini akan dipegang teguh oleh sdr.2 SH generasi baru, sejarah SH selanjutnya yang akan menentukan. Sesudah Ki Ngabei Soerodiwiryo beberapa lama bertempat tinggal di Madiun dan persaudaraan SH sudah meluas ke beberapa daerah, maka untuk mempererat tali persaudaraan, diadakan peringatan hari ulang tahun persaudaraan SH, dijatuhkan pada tiap bulan ASYURA.
Begitupun di daerah lain, daerah2 kecil, juga mengadakan peringatan ulang tahun (Syura) disamping daerah2 itu mengutus beberapa sdr. SH ikut meramaikan peringatan sentral di WINONGO Madiun. Peringatan Syura sudah menjadi tradisi persaudaraan SH.
Peringatan Syura secara sentral ini dianggap penting artinya, karena suatu kesempatan bertemunya sdr.2 SH dari daerah2 besar maupun kecil dengan Ki Ngabei Soerodiwiryo dan ibu yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri. Pula bertemunya sdr.2 dari daerah2 itu dengan sdr.2 dari Madiun yang menjadi saksi2 waktu sdr.2 dari daerah itu datang di Madiun untuk diterima menjadi sdr.2 SH dan sama-sama memikul SUMPAH atau JANJI yang sama pula.
Begitulah menjadi kebanggan sdr.2 SH karena janji dan sumpah SH ternyata dapat mempererat tali persaudaraan satu dengan lain2 sdr.2 SH, hingga persaudaraan SH sejak berdrinya tahun 1903 sampai buku ini ditulis dan disyahkan pada peringatan Syura ulang tahun ke-59 tidak atau belum pernah putus atau bubar.
Berhubung dengan salah satu janji SH yang mengharuskan sdr. SH jaga menjaga terhadap sesama sdr. SH yang baik lahir dan bathinnya di dunia sampai achirat, maka persaudaraan SH mempunyai semboyan "BISA MASUK TETAPI TIDAK BISA KELUAR".
Lain dari pada janji dan sumpah itu memang apa yang diajarkan oleh Ki Ngabei Soerodiwiryo kepada sdr. SH, oleh sdr. SH dianggap bermanfaat dan cukup sebagai bekal hidupnya untuk keselamatan di dunia sampi achirat, mengenai pelajaran lahir maupun bathin.
Oleh karena persaudaraan SH tidak menggolongkan diri sebagai satu organisasi dan tidak mendaftarkan kepada pemerintah, tidak mempunyai anggaran dasar dan tidak mempunyai buku anggauta, maka pernyataan MASUK dan KELUAR tidak ada pembukuannya.
Pemerintah jajahan dan Republik Indonesia mengetahui bahwa pesaudaraan SH tidak mempunyai tuntutan apapun; politiek, ekonomie, maupun sosial kepada pemerintah atau kepada majikan2 dan masyarakat. Persaudaraan hanya mempunyai tuntutan kepada diri sendiri masing2 sdr. SH sanksi lahir wujud schorsing atau pemecatan tidak perlu ada. Pelanggaran terserah pada diri masing2 mereka.
Sdr.2 SH hanya berkewajiban memberi peringatan kepada sdr. yang terlihat melanggar. Jikalau peringatan2 diabaikan, maka akibatnya menjadi tanggung jawab sendiri.
Persaudaraan SH mendapat maksud dan tujuannya seharusnya berdiri netral. Walaupun keluarganya menganut bermacam-macam aliran politiek.
Pada tahun 1930 bahkan sebelumnya, pernah terjadi pemisahan2 oleh beberapa sdr. SH. Dinyatakan keluar tidak pad tempatnya, karena mereka berjanji dengan sumpah di dunia sampai achirat. Pemisahan2 ada yang dibicarakan lebih dulu di Winongo ada pula yang secara diam diam dan memberi pelajaran pencak silat kepada orang2 bukan saudara. Sebaliknya kalau mereka itu mencantumkan kata "SH" pada nama alirannya, maka mereka ikut menjaga nama baik penciptanya dengan cara meninggikan mutu pencak silatnya dan rasa persaudaraan seperti contohnya.
Setelah persaudaraan SH terkenal si seluruh tanah air, maka hari kesedihan bagi kalangan SH telah tiba, yaitu waktu wafatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo pada hari Jumaat Legi tanggal 10 Nopember 1944 dalam usia 68 tahun.
Setelah wafatnya Ki Ngabei Soerodiwiryo timbul pikiran dalam kalangan persaudaraan SH siapa siapa antara saudara SH yang sudah mendapat wewenang menerima sdr.2 SH baru, yaitu yang sudah menerima ilmu kebathinan tingkat 3(tiga) (derde trap), tetapi yang juga dapat memimpin persaudaraan dalam segala hal, mempunyai kewibawaan, memberikan pelajaran pencak silat secukupnya.
Pertimbangan2 untuk mendapatkan seorang saudara guna memimpin persaudaraan SH seperti cara2 almarhum Ki Ngabei Soerodiwiryo hingga kini belum didapat. Oleh karena banyak permintaan untuk masuk menjadi sdr. SH masih ditunda pelaksanaannya, maka yang dianggap perlu ialah soal penerimaan sdr.2 SH baru.
Dalam satu musyawarah Syuran di Winongo telah diputuskan menerima kesanggupan dari beberapa sdr. SH 3de trappers (tingkat ke-tiga) untuk bertugas melakukan upacara penerimaan sdr.2 baru. Menurut keputusan, upacara penerimaan harus dilakukan di Winongo Madiun, karena keharusan sebelum calon diterima, harus berziarah ke makam Ki Ngabei Soerodiwiryo terlebih dulu.
Walaupun menurut keputusan para calon sdr. SH yang berada di luar Madiun boleh menunjuk dan minta diterima oleh sdr. 3de trappers di tempatnya masing masing, tetapi toh upacaranya harus dilakukan di Winongo Madiun, maka pelaksanaan keinginan calon itu menjadi sukar dan menambah biaya.
Oleh karena di Madiun ada seorang sdr. SH yang menyanggupkan diri untuk melakukan upacara penerimaan sdr. SH baru, maka permintaan menjadi sdr. SH langsung ditujukan ke badan musyawarah di Madiun dengan melewati badan Pertimbangan setempat yang menyertakan pertimbangannya.
Badan Musyawarah Persaudaraan SH Madiun membicarakan hal ini dengan saran sdr. berwenang, penerimaannya ditetapkan harinya, lalu jawaban dikirim kembali kepada Badan Pertimbangan setempat, selanjutnya dikabarkan kepada calon yang berkepentingan untuk menyiapkan keberangkatannya ke Madiun.
Putusan tersebut di atas yang mengenai upacara penerimaan sdr. SH harus di Madiun, sekarang sudah terasa tidak praktisnya demi kepentingan kelancaran perkembangan persaudaraan SH, terutama bagi calon2 yang jarak temapt tinggalnya jauh dari kota Madiun.
Putusan lain cara yang praktis sedang dalam pemikiran, mudah2-an waktunya akan segera tiba mendapatkan putusan yang sesuai kemajuan zamannya, mengingat pelajaran2 yang dianut oleh sdr. Dari persaudaraan SH sangat dibutuhkan oleh para pemuda yang tersebar di seluruh nusantara, antaranya anak-cucu dari sdr.2 SH sendiri.
O0o0o0o0o0o0o0o0o0
Buku peringatan ini disusun dari sumbangan2 keterangan beberapa sdr. SH secara tertulis dan secara lisan yang mereka dapat mendengar dari cerita alm. Ki Ngabei Soerodiwiryo sendiri dan pula dari pengalaman2 sdr.2 SH selama mereka menjadi keluarga persaudaraan Setya Hati.
Adapun nama2 sdr.2 SH tersebut adalah:
1. Sdr. Erlan - Bojonegoro (familie alm) 7. Soejono - Malang
2. Sdr. Noto Kasipu - Malang 8. Samsir - Malang
3. Sdr. Ramelan - Malang 9. Samsi - Magetan
4. Sdr. Moestejo - Malang 10. S. Hadisoebroto - Madiun
5. Soemarsono - Malang 11. Roeslan Ws. - Madiun
6. Soediman - Malang
Madiun, 1 Juni 1962
Penyusun:
Ttd
Roeslan Ws.
Langganan:
Komentar (Atom)






